logo gunadarma

logo gunadarma
Univ. Gunadarma

Selasa, 16 Juni 2015

Kisah Hidup BJ Habibie

Perjalanan Hidup Prof. Dr. Ing. Bj. Habibie


 
Perjalanan Hidup Prof. Dr. Ing. Bj. Habibie
Ketika beliau pergi haji akhir tahun 1982, mendapatkan pujian, “Habibie, dunia ini tidak tuli dan buta. Bahwa, didunia ini terdapat ilmuwan muslim yang mengangkat nama Islam dimata dunia dengan prestasi dan progresifitas.”
-Pengeran Sultan Abdul Aziz (Saudi Arabia)-


Siapa yang tak kenal dengan ilmuwan Islam di abad modern ini, manusia pintar, genius dan mungkin diantara 130 juta penduduk Indonesia. Berbagai ilmu eksakta, sosial, politik dan aeronik telah dikuasai walaupun secara otodidaks maupun akademik. Perjalan hidup B.J. Habibie merupakan pelajaran hidup seorang ilmuwan tanah air yang sukses dimata dunia bukan hanya fiktif ataupun rekayasa melainkan realitas yang nyata dan fakta. Oleh sebab itu pada rubrik ini kita akan mengetahui, siapakah BJ. Habibie? Bagaimanakah beliau mendapatkan prestasi yang gemilang dimata dunia? Faktor apakah yang mendasari kesuksesan beliau baik di Indonesia maupun dirantau?
Bj. Habibie lahir di Pare-Pare tepatnya provinsi Ujung Pandang pada tanggal 25 Juni 1936 dengan nama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie, putra Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A Tuti Marini Puspowardojo, beliau merupakan anak ke-4 dari delapan bersaudara, sejak kecil beliau telah membangun begron masa depannya yang cemerlang baik dari segi spiritual maupun intelektual. Belajar, membantu orang tua, mengaji dan shalat merupakan rutinitas sehari-hari yang tak pernah ditinggalkan. Oleh sebab itu, sejak duduk di bangku sekolah beliau adalah murid yang jenius, ramah, sopan dan tidak sombong. Sehingga pelajaran eksakta yang sulit seperti, matematika, fisika, kimia, stereo dan geneo dalam sekejap dapat diselesaikan dengan nilai yang baik sekali.
Namun sejak 3 September 1950, bapak beliau meninggal karena mengalami serangan jantung ketika menunaikan shalat Isya’. Dengan perasaan duka yang mendalam R.A Tuti Marini menadahkan tangan kepada Allah untuk meminta ketabahan dalam menghadapi hari-hari selanjutnya. Setelah beberapa saat setelah kematian suaminya beliau langsung memutuskan kepada anak laki-laki pertamanya yaitu Habibie untuk pindah ke Jawa (Bandung) agar dapat meneruskan pendidikannya.
Tetapi jauh dari kehidupan anaknya yang rajin dan tekun belajar, Ny. R.A Tuti Marini tidak merasa tenang, sehingga memutuskan untuk meninggalkan Ujung Pandang sekeluarga untuk transmigrasi ke Bandung dengan menjual rumah dan kendaraannya. Selama menjadi mahasiswa di ITB Habibie memang banyak tertarik dibidang aeromodeling atau model pesawat terbang yang ia buat sendiri.
Menjadi Mahasiswa di Aachean
 

Pada tahun lima puluhan, belajar diluar negeri masih merupakan hal yang langka, baik dengan beasiswa pemerintah maupun biaya sendiri. Tetapi Ny. R. A Tuti Marini sudah bertekad kepada anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan semaksimal kemampuannya, termasuk keluar negeri B.J. Habibie mendengar sendiri malam ketika ayahnya meninggal, ibunya yang waktu itu mengandung delapan bulan berteriak-teriak dan bersumpah di depan jasad Alwi Jalal Habibie suaminya, bahwa cita-cita suaminya terhadap pendidikan anak-anaknya akan diteruskan. Itulah yang membuat Habibie tidak heran ketika diajak runding ibunya. “Nak, kamu sudah saya dapatkan beasiswa untuk keluar negeri. Sudah ada izin dari P dan K, katanya.”
Kebetulan pada suatu hari ia bertemu dengan Kenkie (Laheru) temannya di ITB. Laheru mengatakan ia akan pergi ke Jerman melanjutkan pendidikan. B.J. Habibie langsung menyatakan bahwasannya ia juga berniat, tetapi bagaimana bisa memperoleh izin dan visa ? Laheru menjawab, sementara ini yang paling penting adalah menghubungi kementerian perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Jakarta.
Beliau langsung berangkat ke Jakarta dan menemui petugas yang berwenang. Waktu itu beliau ditanya jurusan apa yang paling dikuasai? Beliau menjawab fisika yang termasuk jurusan aeronautika atau intruksi pesawat terbang. Ibu beliau mengirim Habibie keluar negeri dengan alasan, Saya memilih Habibie karena anak itu kelihatan lebih serius dalam hal belajar. Sampai-sampai dibalik pintupun ia bisa membaca buku dengan asyiknya. Sebetulnya, adiknya ada yang ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri tapi bagaimana lagi waktu itupun, saya harus melepas seluruh uang tabungan, dan sebagai janda saya tidak memiliki koneksi, sehingga terpaksa saya harus berjuang sendiri demi anak.”
Ketika sampai di Jerman, beliau sudah bertekad untuk sunguh-sungguh dirantau dan harus sukses, dengan mengingat jerih payah ibunya yang membiayai kuliah dan kehidupannya sehari-hari. Sebelum berangkat ke Jerman, beliau bertemu Prof. Dr. Muhammad Yamin selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang waktu itu mengelus-ngelus kepalanya dan berkata, “Kamu inilah harapan bangsa.” Nasehat tersebut merupakan ujian yang harus dilalui dengan sukses oleh B .J. Habibie.

Hidup di Rantau


Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1955 di Aachean, 99% mahasiswa Indonesia yang belajar di sana diberikan beasiswa penuh. Hanya beliaulah yang memiliki paspor hijau atau swasta dari pada teman-temannya yang lain
Musim liburan bukan liburan bagi beliau justru kesempatan emas yang harus diisi dengan ujian dan mencari uang untuk membeli buku. Sehabis masa libur, semua kegiatan disampingkan kecuali belajar. Berbeda dengan teman-temannya yang lain, mereka; lebih banyak menggunakan waktu liburan musim panas untuk bekerja, mencari pengalaman dan uang tanpa mengikuti ujian.
Dalam kelas-kelas yang diikutinya Habibie kadang-kadang menarik perhatian. Pernah suatu hari Habibie mengikuti kuliah yang diberikan oleh Prof. Ebner, tetapi karena terlambat beberapa menit ia masuk ruangan kuliah dengan berhati-hati. Kira-kira setengah jam kemudian, Prof. Ebner berhenti dan menanyakan kepada mahasiswa apakah ada yang belum jelas ataupun bertanya. Tiba-tiba beliau angkat bicara dengan langsung mendebat, sehingga suasana mulai berubah. Dan semakin lama perdepatanpun semakinseru, sampai akhirnya semua mahasiswa satu persatu meninggalkan tempat karena makin panjangnya perdebatan.
Disamping aktif menjadi mahasiswa jurusan aeronik, ternyata kiprah Habibie dalam dunia sosial sangat bagus, beliau mengadakan seminar PPI yang mengupas masalah pembangunan, politik, ekonomi serta sosial di Indonesia.pada tahun 1959 dengan penuh perjuangan dan usaha yang tidak mudah, sehingga beberapa perusahaan beliu kunjungi untuk meminta dana dari proposal yang beliau buat sendiri. Seminar tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang berdomisili di Eropa.
Sementara seminar terealisasikan, beliau terkapar sakit dan mendekam di klinik universitas Bonn dikarenakan serangan influenza yang virus-virusnya masuk ke jantung. Sehingga selama 24 jam, dalam keadaan tidak sadar tiga kali dikembalikan kekamar mayit dari bangsal biasa. Namun, Allah masih memberikan kesempatan bagi beliau untuk meneruskan perjuangannya, dan saat sadar beliau menciptakan sajak, yaitu:
Sajak ini, mengisahkan tekad dan kepasrahannya dalam mengabdi untuk mencapai kemakmuran bangsa bukan untuk dilihat orang tetapi merupakan kewajiban generasi bangsa baik individu maupun kelompok.
Memang tekad suci dan kuat, serta tujuan belajar serta hidup yang suci menjadi dasar kesuksesan beliau dalam bidang akademik. Sehingga pada tahun 1960 meraih gelar Diploma Ing., dengan nilai Cumlaude atau dengan angka rata-rata 9,5. Dengan gelar insinyur, beliau mendaftar diri untuk bekerja di Firma Talbot, sebuah industri kereta api Jerman. Pada saat itu Firma Talbot membutuhkan sebuah wagon yang bervolume besar untuk mengangkut barang-barang yang ringan tapi volumenya besar. Talbot membutuhkan 1000 wagon. Mendapat persoalan seperti itu, Habibie mencoba mengaplikasikan cara-cara kontruksi membuat sayap pesawat terbang yang ia terapkan pada wagon dan akhirnya berhasil.
Sedangkan pada tahun 1965 Habibie mendapatkan gelar Dr. Ingenieur dengan penilaian summacumlaude dengan angka rata-rata 10 dari Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachean. Belum lagi penemuan beliau tentang pemecahan persoalan penstabilan konstruksi di bagian ekor pesawat yang dihadapi oleh Perusahaan HFB (Hamburger Flugzeugbau) yang kini berubah menjadi MBB (Messerschmitt Bolkow Blohm) selama tiga tahun akhirnya dapat diselesaikan oleh Habibie dalam waktu enam bulan. Sehingga, penemuan-penemuan tersebut diabadikan oleh berbagai pihak yang dikenal dengan teori, faktor dan metode Habibie. Kegigihannya dalam mempertahankan pendapat, baik mengenai program-program penelitian maupun yang lainnya membuahkan hasil baginya. Sehingga pada tahun 1974, beliau sudah diangkat menjadi Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB. Amanat tersebut merupakan jabatan tertinggi yang diduduki oleh orang asing.
Prestasi-prestasi yang diukir di Jerman bukan kunci keberhasilan dan kejayaan bagi beliau, justru hal tersebut sebagai sarana dalam mempersiapkan diri jika kelak berada di tanah air. Pada umur 28 tahun, ketika itu Habibie belum bisa kembali pulang ke Indonesia justru beliau diberi tugas untuk membina kader-kader bangsa yang sedang mendalami konstruksi pesawat. Akhirnya, kader-kader tersebut beliau berikan peluang untuk bekerja di MBB melalui prakarsa yang tidak mudah untuk meyakinkan pihak perusahaan dalam menerima 30 orang Indonesia. Saat Habibie dipanggil untuk pulang ke Indonesia, 30 orang tersebut bersama-sama beliau kembali ke tanah air guna menjalankan tugas yang diberikan oleh presiden Suharto.

Kembali ke tanah air


Presiden Suharto langsung memberi instruksi kepada B.J. Habibie untuk merintis IPTN. Bermodalkan semangat dan tekad yang kuat B.J.Habibie berangkat ke luar negeri guna mengajak industri-industri pesawat terbang lainnya untuk bekerjasama. Di dalam usahanya itu, tantangan besar siap dihalau. Bahkan tamparan keras dirasakan ketika akan berunding dengan sebuah industri pesawat terbang di Kanada. Direktur utama perusahaan menolak untuk bertemu bahkan ketika asisten direktur perusahaan menerimanya, dengan keras mereka menjawab tidak berminat untuk bekerja sama dengan Indonesia dan yang perlu dimengerti oleh anda membangun industri pesawat terbang itu tidak mudah Habibie seharusnya semua mengerti. Dengan kata lain, bangsa Indonesia tidak akan becus membuat pesawat terbang. Karena itu jangan bermimpi.
Tidak ada usaha tanpa hasil didunia ini, akhirnya beliau mendapatkan mitra yaitu CASA Spanyol yang setuju bekerjasama dalam pembuatan NC 212 Aviocar berbaling-baling ganda. Kemudian berdasarkan pengalamannya di Eropa, beliau berhasil membuat persetujuan dengan MBB untuk membuat Helikopter BO-105 dan sebagainya.
Menaiki jenjang karier di Indonesia banyak prestasi yang beliau raih, diantaranya: memimpin industri IPTN, guru besar bidang konstruksi pesawat terbang di ITB, menjadi Menteri Riset dan Teknologi, Wakil Presiden RI, Presiden RI, ketua ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia), pemimpin umum The Habibie Center, dan masih banyak prestasi beliau yang diukir baik nasional maupun Internasional. Beliau bagaikan mendayung diantara gelombang, kritik positif maupun tidak membangun tiada henti. Namun apakah kata? Tiada orang yang sempurna didunia ini, maka tikaman dan hujatan beliau hadapi dengan tenang serta tabah.
Charge dalam hidup
 

Walaupun sibuk dengan urusan bangsa, organisasi dan keluarga, namun nilai-nilai spiritual tetap harus didepankan. Beliau tidak pernah lupa sholat lima waktu, sesekali shalat tahajjud, puasa Senin-Kamis serta menunaikan ibadah haji. Selama di rantau dalam keadaan rindu kepada Tuhan, di manapun tidak memilih tempat, ia berhenti untuk berdoa. Beliau ingat dengan ayahnya yang saleh. Beliau biasa membawa tasbih kemanapun berada. Karena ibadah spiritual merupakan charge (mengisi tenaga) dan secara biologis hal itu berarti menambah kalori dan energi.
Kesimpulannya,
perjalan hidup B.J.Habibie tidak selalu lurus dan indah, namun ibarat mendayung di antar ribuan orang pintar pastilah ada cobaan, tikaman dan hujatan dari orang lain melalui kritik positif maupun yang tidak membangun. Namun, semuanya beliau atasi dengan tenang serta ibadah spiritul sebagai charge dalam hidup. Dan, berbakti kepada kedua orang tua bagi beliau merupakan kunci kesuksesan utama yang membawa beliau kejenjang kesuksesan dan prestasi baik tingkat dunia maupun Internasional.


Dikutip dari,
Buku The True Life of Habibie (Cerita di Balik Kesuksesan)

Jurnal tentang CSR

Jurnal CSR Referensi 1

“PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN INFORMASI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA EKONOMI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”

BENNY DWI SAPUTRA
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. AZHAR MAKSUM, SE, M.Ec, Acc, Ak.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the impact of environmental performance to environmental disclosure and the impact of environmental performance to economic performance. Different from interrelation model from Suratno, et al (2004), this study puts more emphasis on the impact of the independent variable to the dependent variable.
This study is based on a longitudinal empirical applied research. Through a judgment sampling technique, 16 public companies which participated in the PROPER program from 2006-2007 were included in the research. The data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use multiple linier regression, which t test and with f  test on 5% level of significant.
The test result for the first hyphotesis indicated that the impact of environmental performance to economic performance was unsignificantly. The test result for the second hyphotesis indicated that the impact of environmental disclosure to economic performance was positive statistically significant. 35.5% variation from economic performance change which can be explained by the two independent variable. Meanwhile, the reminder 64,5% explained by other variation or factor which not include in regression model.

Keywords :       Enviromental Performance, Enviromental Disclosure, Economic Performance











1. PENDAHULUAN
Tujuan umum perusahaan adalah maksimalisasi laba, namun bersamaan dengan itu perusahaan terkadang melanggar konsensus dan prinsip-prinsip maksimalisasi laba itu sendiri. Prinsip-prinsip yang dilanggar tersebut antara lain adalah kaidah biaya ekonomi (economic cost), biaya akuntansi (accounting cost) dan biaya kesempatan (opportunity cost). Implikasi dari pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah terbengkalainya pengelolaan (manajemen) lingkungan dan rendahnya tingkat kinerja lingkungan serta rendahnya minat perusahaan terhadap konservasi lingkungan. Pelanggaran terhadap prinsip opportunity cost misalnya, telah memberi dampak yang
signifikan bagi keberlanjutan (sustainability) lingkungan global. Di Indonesia dapat dilihat dari berbagai bencana yang terjadi akhir-akhir ini, seperti banjir bandang di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tanah longsor di Desa Sijeruk Jawa Tengah dan daerah-daerah lainnya di Jawa dan Sumatera, serta kebakaran hutan di beberapa hutan lindung Kalimantan bahkan munculnya banjir lumpur bercampur gas sulfur akhir-akhir ini di daerah Sidoarjo Jawa Timur merupakan bukti rendahnya perhatian perusahaan terhadap dampak lingkungan dari aktivitas industrinya.
Penelitian Pfleiger et al (2005) menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya adalah ketertarikan pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab. Hasil lain mengindikasikan bahwa pengelolaan lingkungan yang baik dapat menghindari klaim masyarakat dan pemerintah serta meningkatkan kualitas produk yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan keuntungan ekonomi. Sebagian perusahaan dalam industri modern menyadari sepenuhnya bahwa isu lingkungan dan sosial juga merupakan bagian penting dari perusahaan (Pflieger, et al, 2005). Ferreira (2004) menyatakan bahwa persoalan konservasi lingkungan merupakan tugas setiap individu, pemerintah dan perusahaan. Sebagai bagian dari tatanan sosial, perusahaan seharusnya melaporkan pengelolaan lingkungan perusahannya dalam annual report, Hal ini karena terkait dengan tiga aspek persoalan kepentingan: keberlanjutan aspek ekonomi, lingkungan dan kinerja sosial. Persoalannya memang pelaporan lingkungan dalam annual report, di sebagian besar negara termasuk Indonesia, masih bersifat sukarela. Di Indonesia sendiri, kewajiban pelaporan dampak lingkungan yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup RI hanyalah merupakan pengungkapan yang bersifat non-publik (khusus terhadap insitusi pemerintah yang terkait).
Penelitian empiris mengenai hubungan antara kinerja lingkungan, kinerja ekonomi dan pengungkapan informasi lingkungan secara umum telah mempertimbangkan kekuatan hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Ingram dan Frazier (1980) menemukan tidak adanya hubungan yang signifikan dalam pengujian hubungan antara pengungkapan informasi lingkungan dengan kinerja lingkungan. Pattern (2002) menemukan hubungan yang negatif antara pengungkapan informasi lingkungan dalam annual report dengan kinerja lingkunganAl-Tuwaijri, et al. (2004) menemukan adanya hubungan positif dan signifikan antara kinerja ekonomi dengan kinerja lingkungan, demikian juga antara pengungkapan informasi lingkungan dengan kinerja ekonomi. Fredman dan Jaggi (1992) menguji hubungan jangka panjang antara kinerja lingkungan dengan kinerja ekonomi dengan menggunakan persentase perubahan dalam tiga ukuran polusi dan berbagai rasio akuntansi sebagai proksi empiris dari kinerja lingkungan dan kinerja ekonomi. Mereka gagal menolak hipotesis nol mengenai tidak adanya hubungan yang signifikan antara kinerja lingkungan dengan kinerja ekonomi. Hubungan antara kinerja ekonomi dengan kinerja lingkungan yang tidak searah adalah konsisten dengan pemikiran ekonomi tradisional yang menggambarkan hubungan ini sebagai trade off antara profitabilitas perusahaan dengan tindakannya pada tanggung jawab sosial perusahaan.
Berdasarkan perbedaan hasil penelitian-penelitian terdahulu dan pentingnya pengaruh konsep economic performance dalam mempengaruhi kebijakan perusahaan, maka penulis tertarik dan bermaksud untuk melakukan penelitian dengan setting Indonesia dan menetapkan judul “Pengaruh Kinerja lingkungan dan Pengungkapan Informasi Lingkungan Terhadap Kinerja Ekonomi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.


2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Corporate Social Responsibility
       Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa disebut dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan suatu konsep bahwa organisasi, dalam hal ini lebih dispesifikkan kepada perusahaan, adalah memiliki sebuah tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. CSR menekankan bahwa tanggung jawab perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi, yang menciptakan profit demi kelangsungan usaha, tapi juga tanggung jawab sosial dan lingkungan (SWA: 2005). Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungannya tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilaijustice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Tilt, 1994, dalam Haniffa et al, 2005). Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994, dalam Haniffa et al, 2005). Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie dan Parker, 1990).

2.2 Akuntansi Pertanggungjawaban sosial
Akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah akuntansi yang memerlukan adanya laporan mengenai terlaksananya pertanggungjawaban sosial perusahaan (Hadibroto,1990). Definisi dari Belkaoui yang dikutip oleh Harahap (1993:185), memberikan istilah akuntansi sosial untuk akuntansi pertanggungjawaban sosial sebagai berikut The process of ordering, measuring, and disclosing the impact of exchanges between a firm and its social environment.

2.3 Pengungkapan Informasi Lingkungan
Alasan utama mengapa suatu pengungkapan diperlukan adalah agar pihak investor dapat melakukan suatu informed decision dalam pengambilan keputusan investasi. Berkaitan dengan keputusan investasi, investor memerlukan tambahan informasi yang tidak hanya informasi tambahan tapi juga informasi non keuangan. Kebutuhan itu didorong oleh adanya perubahan manajerial yang menyebabkan terjadinya perluasan kebutuhan investor akan informasi baru yang mampu menginformasikan hal-hal yang bersifat kualitatif yang berkaitan dengan perusahaan. Informasi kualitatif dipandang memiliki nilai informasi yang mampu menjelaskan fenomena yang terjadi, bagaimana fenomena tersebut dapat terjadi, dan tindakan apa yang akan diambil oleh manajemen terhadap fenomena tersebut. Informasi kualitatif ini dapat diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report) perusahaan.

2.4 Pengukuran Kinerja lingkungan
Selama ini masih belum ada kesepakatan final mengenai pengukuran terhadap kinerja lingkungan, hal ini karena setiap negara memiliki cara pengukuran sendiri, tergantung situasi dan kondisi lingkungan negara masing-masing. Bagaimanapun ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja lingkungan, namun yang terpenting bahwa ukuran yang dipakai adalah valid. Menurut Verma et al. (2001) pengukuran kinerja lingkungan perusahaan harus objektif, akurat, dan teruji dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan stakeholders yang terkandung dalam laporan ini. Pengukuran kinerja lingkungan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1995, ditandai dengan diperkenalkannya program yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia melalui BAPEDAL (Badan Pengelolaan Dampak Lingkungan) yang diberi nama PROPER. PROPER sebagai alat untuk memeringkat kinerja lingkungan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.

2.5 Kerangka Konseptual



Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik merupakan berita baik bagi investor dan calon investor. Perusahaan yang memiliki tingkat kinerja lingkungan yang tinggi akan direspon secara positif oleh investor melalui fluktuasi harga saham perusahaan. Harga saham perusahaan secara relatif dalam industri yang bersangkutan merupakan cerminan pencapaian kinerja ekonomi perusahaan. Begitu pula dengan pengungkapan informasi lingkungan perusahaan manufaktur yang dinilai sebagai perusahaan berisiko lingkungan yang tinggi, perusahaan dengan pengungkapan informasi lingkungan yang tinggi dalam laporan keuangannya akan lebih dapat diandalkan, laporan keuangan yang handal tersebut akan berpengaruh secara positif terhadap kinerja ekonomi, dimana investor akan merespon secara positif dengan fluktuasi harga pasar saham yang semakin tinggi, dan begitu pula sebaliknya.

2.6 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2007:38) hipotesis merupakan proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris, dan hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Kinerja lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan berpengaruh terhadap kinerja ekonomi perusahaan manufaktur”.

3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2006:11)  dengan bentuk hubungan kausal. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2007 yang berjumlah 142 perusahaan.
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling yaitu  “teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu”. (Indrianto dan Supomo, 1999:131). Dalam hal ini sampel yang diambil harus memenuhi karakteristik yang disyaratkan. Secara umum, karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
a. perusahaan sampel adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur yang go publicdan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2007 dan mengungkapkan informasi kinerja lingkungan dalam laporan tahunan (annual report) pada tahun 2006-2007,
b. perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah perusahaan manufaktur yang telah mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2006-2007, sampel perusahaan adalah 16 perusahaan manufaktur.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala secara numerik (Kuncoro, 2003:124). Data dalam penelitian ini bersifatpooling yaitu gabungan antara time series dan cross section yaitu laporan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar pada tahun 2006, dan 2007. Data ini merupakan data sekunder, yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh atau dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro dan Supomo,2002:147). Data laporan tahunan diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Jakarta periode tahun 2006 sampai dengan 2007 dan data mengenai variabel kinerja lingkungan diperoleh dari database Kementerian Lingkungan Hidup dan sumber lainnya.



4. ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini metode analisis data dilakukan dengan metode analisis statistik dan menggunakan software SPSS 15.0. Penggunaan metode analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau tidak.
4.1.1 Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah data berdistribusi normal akan digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig (2-tailed) adalah 0,164 > 0,05.
4.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan penelitian ini bebas dari gejala multikolinearitas. Jika dilihat pada tabel semua variabel independen memiliki VIF 1,884, atau VIF<10. Selain itu nilai toleransi untuk setiap variabel independen adalah 0,531 yaitu lebih besar dari 0,1 (tolerance > 0,1). Dengan demikian disimpulkan tidak ada multikolinearitas dalam model regresi ini.
4.1.3 Uji Heteroskesdastisitas
Uji heteroskesdastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya perbedaan variance residualsuatu periode pengamatan ke periode yang lain. Uji ini dilakukan dengan mengamati pola tertentu pada grafik scatterplot, dimana bila ada titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola maka tidak terjadi heteroskesdastisitas.
4.1.4 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi diantaranya adalah dengan Uji Durbin-Watson (DW). Dari tabel Durbin-Watson diatas dapat dilihat bahwa untuk jumlah sampel sebanyak 32 dan variabel bebas sebanyak 2 maka Du=1,57 dan Dl=1,31. Maka nilai DW berada di antara 4-Du dan Dl (2,43 > 2,365 >1,31). Hal ini bermakna bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi.
4.2 Pembahasan

4.2.1 Kinerja Lingkungan
Berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda pada model pertama dengan variabel independen yaitu kinerja lingkungan menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel kinerja ekonomi perusahaan manufaktur. Hal tersebut berdasarkan pada taraf signifikansi dari uji t dengan nilai t = 0,848 (t < 2,042) dan p = 0,403 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya tingkat kinerja lingkungan perusahaan tidak mempengaruhi kinerja ekonomi perusahaan manufaktur. Perilaku variabel kinerja ekonomi pada perusahaan manufaktur tersebut ternyata bukanlah salah satu faktor yang menentukan fluktuasi harga saham dan besarnya dividen yang dibagikan pada suatu periode. Hal tersebut diduga karena kondisi yang terjadi di Indonesia sangat berbeda dengan yang terjadi di beberapa negara lain terutama di negara barat terkait dengan perilaku para pelaku pasar modal di Indonesia. Peneliti menduga bahwa masih ada variabel lain yang digunakan oleh para pelaku pasar modal di Indonesia dalam menentukan portofolio investasi pada perusahaan manufaktur, sebagai contoh: rasio keuangan, ukuran perusahaan, dan kategori investasi apakah perusahaan merupakan penanaman modal dalam negeri (PMDN) ataukah penanaman modal asing (PMA).

4.2.2 Pengungkapan Informasi Lingkungan
Perilaku variabel pengungkapan informasi lingkungan tersebut ternyata merupakan salah satu faktor yang menentukan tingginya kinerja ekonomi perusahaan manufaktur, hal ini dapat dilihat dari analisis uji t, pengungkapan informasi lingkungan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap kinerja ekonomi perusahaan dengan nilai t =  2,539 (2,539 > 2,042) dan p = 0,017 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa semakin luas pengungkapan informasi lingkungan, maka kinerja ekonomi perusahaan manufaktur akan semakin baik. Temuan penelitian ini konsisten dengan model Discretionary Disclosure menurut Verrecchia (1983) dalam Suratno, et al  (2006) bahwa pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa mengungkapkan performance mereka menggambarkan kabar baik bagi pelaku pasar.


5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah menganalisis dan melakukan pembahasan dalam penelitian ini, penulis memberikan tiga kesimpulan sebagai berikut:
  1. penelitian ini memberikan hasil bahwa kinerja lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan secara bersama-sama atau simultan memiliki kemampuan mempengaruhi kinerja ekonomi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%,
  2. penelitian ini memberikan hasil bahwa secara parsial, variabel pengungkapan informasi lingkungan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekonomi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95% ,
  3. penelitian ini memberikan hasil bahwa secara parsial, kinerja lingkungan secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekonomi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tingkat kepercayaan 95% ,

5.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasan-keterbatasan penelitian ini adalah:
1.    dalam penelitian ini sampel yang digunakan hanyalah perusahaan manufaktur saja sehingga perusahaan yang dijadikan sampel tidak dapat mewakili keseluruhan perusahaan yang ada di Indonesia,
2.    periode waktu yang diambil dalam penelitian ini hanya tahun 2007, sehingga kondisi tersebut tidak dapat digeneralisir  untuk hasil penelitian yang telah ada,
3.    variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya tiga yaitu, dua variabel independen, yaitu kinerja lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan serta satu variabel dependen, yaitu kinerja ekonomi perusahaan, sehingga variabel-variabel independen tersebut tidak begitu mampu menjelaskan kinerja ekonomi perusahaan manufaktur.

5.3 Saran
Berdasarkan keterbatasan di atas penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
  1. analisis regresi dalam penelitian ini menghasilkan Adjusted R Square () yang cukup rendah walaupun model regresinya secara statistik signifikan dalam menjelaskan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.  Dengan demikian penelitian selanjutnya dapat menambahkan atau menggunakan variabel lain untuk menjelaskan kinerja ekonomi perusahaaan manufaktur,
  2. peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang lebih besar, seperti contoh perusahaan industri migas yang pengungkapan lingkungannya juga diatur dalam PSAK.
  3. bagi peneliti selanjutnya, item-item pengungkapan informasi lingkungan hendaknya senantiasa diperbaharui sesuai kondisi masyarakat serta peraturan yang berlaku. Hal ini mungkin dapat dilakukan dengan melibatkan para aktivis sosial serta pihak berwenang terkait dengan masalah sosial.

REFERENCES:
Al-Tuwaijri, S.A., Christensen, T.E. dan Hughes II, K.E. 2004. “The Relations among environmental disclosure, environmental performance, and economic performance: a simultaneous equations approach”. Accounting Organizations and Society. Vol. 29. pp.447-471.
Anggraini, Fr. Reni Retno (2006), “Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi 9.
Basamalah, Anies S., and Johnny Jermias (2005), “Social and Environmental Reporting and Auditing in Indonesia: Maintaining Organizational Legitimacy?”, Gadjah Mada International Journal of Business, January-April, Vol. 7, No. 1, pp. 109 – 127.
Belkaoui, Ahmed.R.1992. Accounting Theory.Third Edition. London:Academic            Press Limited.
Berry A Michael dan Dennis A Rondinelli. 1998. “Proactive Corporate Environmental Management: A New Industrial Revolution”. Academy of Management Executive. 12(2). 38-50.
Bragdon, J. dan Marlin, J. 1972. “Is pollution profitable”? Risk Management. Vol. 19. pp.9–18.
Darwin, Ali, 2004. “Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia”, Konvensi Nasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan, Yogyakarta.
Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan ManajemenUSU Press, Medan.
Freedman, M. dan Jaggi, B. 1992. “An Investigation of The Long-Run Relationship Between Pollution Performance and Economic Performance: the Case of Pulp-and-Paper Firms”. Critical Perspectives on Accounting. Vol. 3(4). pp.315-336.
Gupta, S., & Goldar, B. 2003. “Do Stock Market Penalise Environmental-Unfriendly Behaviour. Evidence from India”Social Science Research Network (SSRN).
Guthrie, J. and L.D. Parker (1990), “Corporate Social Disclosure Practice: A Comparative International Analysis”, Advances in Public Interest AccountingVol. 3, pp. 159-175.
Hadibroto.1990. Masalah AkuntansiBuku Empat. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Hal:81-88
Haniffa, R.M., dan T.E. Cooke (2005), “The Impact of Culture and Governance on Corporate Social Reporting”, Journal of Accounting and Public Policy 24pp. 391-430.
Harahap, Sofyan Syafri.1993. Teori Akuntansi. Jakarta:PT Raja Grafindo         Persada.Hal:205-208.
Hughes, Susan B., Allison Anderson, and Sarah Golde. 2001. “Corporate environmental disclosure: are they useful in determining environmental performance”. Journal of Accounting and Public Policy, 20, 217-240.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis:untuk Akuntansi dan ManajemenEdisi Pertama, BPFE-Yogyakarta,Yogyakarta.
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan   Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi, Fakultas      Ekonomi USU, Medan.
Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.
Maksum, Azhar dan Azizul Kholis. 2003. ”Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan Akuntansi Sosial Perusahaan, Studi Empiris di Kota Medan”Simposium Nasional Akuntansi VI.16-17 Oktober.Surabaya.
Narver, J. 1971. “Rational Management Responses to External Effect”. Academy         of Management Journal. March. pp.99-115.

Patten, D.M. 2002. “The relation between environmental performance and environmental disclosure: a research note”. Accounting, Organization and Society. 27. 763-773.
Pflieger, Juli; Matthias Fischer; Thilo Kupfer; Peter Eyerer. 2005. “The contribution of life cycle assessment to global sustainability reporting of Organization”. Management of Environmental. Vol. 16, No. 2.
Porter, M. dan van der Linde, C. 1995a. “Green and Competitive: Ending the   Stalemate”.Harvard Business Review. Vol. 73(5). pp.120-134.
         , M. dan van der Linde, C. 1995b. “Toward a New Conception of the Environment-Competitiveness Relationship”. Journal of Economic Perspectives. Vol. 9(4). pp.97-118.
Roberts, R.W. (1992), “Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosures: An Application of Stakeholder Theory”, Accounting, Organization and Society, Vol. 17, No. 6: 595-612.
Sembiring, Eddy Rismanda (2005), “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan         Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat Di        Bursa Efek Jakarta”,Simposium Nasional Akuntansi VIII, 2005.
Spicer, B. 1978. “Investors, Corporate Social Performance and Information      Disclosure: an Empirical Study”. The Accounting Review. Vol. 53. pp.94-     111.
Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Suratno, Ign Bondan, Darsono, dan Siti Mutmainah (2006), “Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2004”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 23-26 Agustus 2006.
Sarumpaet, Susi. 2005. “The Relation Between Environmental Performance and Financial Performance Among Indonesian Companies”. SNA VIII Solo. 15-16 September.
Toms, J.S. 2002“Firm resources, quality signals and the determinants of          corporate Environmental Reputation: Some UK Evidence”. British   Accounting Review, 34, 257- 282
Utomo, Muhammad Muslim (2000), “Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan-Perusahaan High Profile dan Low Profile)”,Simposium Nasional Akuntansi 3, 2000.
Widiastuti, H., 2000. “Manfaat Ungkapan Bagi Komunitas Investasi: Suatu Sintesis”, Dian Ekonomi, Vol. VI. No 2.
Wondabio, Ludovicus (2005), “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris Pada perusahaan Yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2005)”, Simposium Nasional Akuntansi 10 Makassar, 26-27 Juli 2007



Jurnal CSR Referensi 2


PENGARUH PENGUNGKAPAN CSR TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
Gusti Ayu Made Ervina Rosiana1 Gede Juliarsa2 Maria M. Ratna Sari3 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia e-mail:gusti18ervina@gmail.com / telp: +62 813383098 98 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Sampel yang dipakai dalam penelitian adalah 55 data dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008 sampai 2012 yang mana data dalam penelitian berasal dari data sekunder yang diperoleh melalui teknik dokumentasi. Data penelitian ini telah memenuhi syarat uji asumsi klasik dan uji kesesuaian model dengan adjusted R2 sebesar 37,6% yang diolah dengan menggunakan teknik regresi linier berganda dan sebesar 77,8% yang diolah dengan menggunakan teknik Moderated Regression Analysis. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas mampu memperkuat pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan. Kata kunci:pengungkapan csr, profitabilitas, nilai perusahaan ABSTRACT The purposeofthis study wastodetermine the effect of to determine the effect of Corporate Social Responsibility disclosure to the value of the company on manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange to profitability as a moderating variable. The samplesused in the studyis55 observations of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the period 2008 to 2012 which is where the data in the study came from the secondary data obtained through technical documentation. The data of this study was to qualify the classical assumption and test the suitability of the model with an adjusted R2 of 37.6% which is processed using multiple linear regression techniques and by 77.8% which is processed using techniques Moderated Regression Analysis. The analysis showed thatCSRdisclosurepositive and significant effecton firm valueandprofitabilityto strengthen theinfluence ofCSR disclosureon firm value. Keywords: corporate social responsibility disclosure, profitability, firm value G.A.M, Ervina Rosiana, Gd. Juliarsa dan M.M. Ratna Sari. Pengaruh Pengungkapan CSR… 724 PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat serta persaingan yang begitu ketat. Saat perusahaan semakin berkembang, maka tingkat kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan pun semakin tinggi karena adanya aktivitas perusahaan yang tidak terkendali terhadap berbagai sumber daya untuk meningkatkan laba perusahaan. Selain pihak yang terkait langsung dengan perusahaan, masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan pun merasakan dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas operasi perusahaan. Oleh sebab itu, tanggung jawab perusahaan tidak hanya kepada para shareholder, tetapi juga kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan perusahaan, seperti pelanggan, pemilik atau investor, supplier, komunitas dan juga pesaing (Rika dan Islahuddin, 2008). Bowen (1943) menyatakan bahwa keberhasilan dunia bisnis ditentukan oleh bagaimana kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat umum, bukan hanya untuk warga bisnis itu sendiri. Suatu entitas dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungan sekitarnya, sehingga menciptakan hubungan timbal balik antara masyarakat dan perusahaan. Perusahaan membutuhkan suatu respon yang positif dari masyarakat yang diperoleh melalui apa yang dilakukan oleh perusahaan kepada para stakeholder, termasuk masyarakat dan lingkungan sekitar (Kamil dan Antonius, 2012). CSR adalah gagasan yang membuat perusahaan tidak hanya bertanggungjawab dalam hal keuangannya saja, tetapi juga terhadap masalah sosial dan lingkungan sekitar perusahaan agar perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan, seperti pendapat Sari (2012) yang menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan lebih luas lagi, sampai pada kemasyarakatan. Perkembangan CSR terkait semakin banyaknya masalah lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan. Sejalan dengan hal tersebut, perusahaan yang aktivitasnya terkait dengan sumber daya alam wajib mengungkapkan CSR, hal itu termuat dalam UU No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Utama, 2007). Gossling dan Voucht (2007) ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3 (2013):723-738 725 mengatakan bahwa CSR dapat dipandang sebagai kewajiban dunia bisnis untuk menjadi akuntabel terhadap seluruh stakeholder, bukan hanya terhadap salah satu stakeholder saja. Jika perusahaan tidak memberikan akuntabilitas kepada seluruh stakeholder yang meliputi karyawan, pelanggan, komunitas, lingkungan lokal/global, pada akhirnya perusahaan tersebut akan dinilai buruk dan tidak akan mendapatkan dukungan dari masyarakat. CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan untuk memperbaiki masalah sosial danlingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan, oleh sebab itu CSR sangat berperan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Heinkel et al. (2001)perusahaan harus menganggap CSR sebagai strategi jangka panjang yang menguntungkan, bukan sebagai aktivitas yang merugikan. Selain itu, Chariri (2008) berpendapat bahwa pengungkapan CSR dapat digunakan sebagai alat manajerial untuk menghindari masalah social dan lingkungan. Sembiring (2003) mendapatkan hasil bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Sedangkan menurut Preston (1978) dalam Hackston dan Milne (1996), perusahaan akan semakin banyak mengungkapkan aktivitas CSR apabila tingkat profitabilitas perusahaan tersebut semakin tinggi. Secara teoritis, semakin banyaknya aktivitas CSR yang diungkapkan oleh perusahaan, maka nilai perusahaan akan semakin meningkat karena pasar akan memberikan apresiasi positif kepada perusahaan yang melakukan CSR yang ditunjukkan dengan peningkatan harga saham perusahaan.Investor mengapresiasi praktik CSR dan melihat aktivitas CSR sebagai pedoman untuk menilai potensi keberlanjutan suatu perusahaan. Oleh sebab itu, dalam mengambil keputusan investasi, banyak investor yang cukup memperhatikan CSR yang diungkapkan oleh perusahaan (Ghoul et al., 2011). Teori Stakeholder Stakeholder merupakan semua pihakyang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan, seperti: karyawan, masyarakat, perusahaan pesaing dan pemerintah G.A.M, Ervina Rosiana, Gd. Juliarsa dan M.M. Ratna Sari. Pengaruh Pengungkapan CSR… 726 (Purwanto, 2011). Daud dan Abrar (2008) berpendapat bahwa kelompok tersebut menjadi pertimbangan paling penting untuk perusahan mengungkapkan informasinya. Menurut teori stakeholder, perusahaan merupakan entitas yang beroperasi bukan hanya untuk kepentingan perusahaan itu sendiritetapijuga harusmemberikan manfaat kepadastakeholder-nya. Oleh sebab itu, dukungan dari stakeholder sangat mempengaruhi keberadaan suatu perusahaan. Jensen (2001) menyatakan bahwa keputusan manajemen harus memperhatikan stakeholdernya untuk meningkatkan nilai perusahaan. Stakeholder juga mempunyai hak terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, seperti halnya pemegang saham (Waryanti, 2009). Teori Legitimasi Teori legitimasi merupakan suatu gagasan tentang kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat. Menurut teori ini, untuk diterima oleh masyarakat, perusahaan harus mengungkapkan aktivitas social perusahaan sehingga akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan (Reverte, 2009).Teori legitimasi juga berpendapat bahwa perusahaan harus melaksanakan dan mengungkapkan aktivitas CSR semaksimal mungkin agar aktivitas perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Pengungkapan ini digunakan untukmelegitimasi aktivitas perusahaan di mata masyarakat, karenapengungkapanCSR akan menunjukkan tingkat kepatuhan suatu perusahaan (Branco dan Rodrigues, 2008). Teori Sinyal Teori sinyal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk mengungkapkan informasi kepada pihak eksternal karena terjadi asimetri informasi antaramanajemen dengan pihak eksternal. Oleh sebab itu, semua informasi perusahaan, baik itu informasi keuangan maupun non keuangan harus diungkapkan oleh perusahaan. Salah satu informasi tersebut adalah tentang aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan, yang diungkapkan dalam laporan ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3 (2013):723-738 727 tahunan perusahaan.Perusahaan mengungkapkan CSR dengan harapan dapat meningkatkan nilai perusahaan (Rustiarini, 2010). Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) CSR yaitu suatu bentuk aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan ekonomi perusahaan sekaligus peningkatan kualitas hidup karyawan beserta keluarganya dan juga kualitas hidup masyarakat sekitar. Menurut Cheng dan Yulius (2011), aktivitas CSR dapat memberikan banyak manfaat, seperti: dapat meningkatkan citra dan daya tarik perusahaan di mata investor serta analis keuangan penjualan, dapat menunjukan brand positioning, dan dapat meningkatkan penjualan dan market share.Pengungkapan CSRmerupakanmerupakan proses pemberian informasi kepada kelompok yang berkepentingan tentang aktivitas perusahaan serta dampaknya terhadap sosial dan lingkungan (Mathews, 1995). Profitabilitas Profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba (Kartini dan Arianto, 2008). Kamil dan Herusetya (2012) berpendapat bahwa tingkat profitabilitas yang semakin besarmenunjukkan perusahaan mampu mendapatkan laba yang semakin besar, sehingga perusahaan mampu untuk meningkatkan aktivitas tanggung jawab sosial, serta mengungkapkan tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan dengan lebih luas. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan diartikan sebagai nilai pasar dalam penelitian ini, seperti yang diungkapkan oleh Fama (1978), karena apabila harga saham perusahaan meningkat, maka perusahaan dapat memberikan kemakmuran kepada para shareholder. Nilai perusahaan merupakan indikator penting bagi investor untuk menilai perusahaan secara keseluruhan (Nurlela dan Islahuddin, 2008). G.A.M, Ervina Rosiana, Gd. Juliarsa dan M.M. Ratna Sari. Pengaruh Pengungkapan CSR… 728 Nilai perusahaan dalam penelitian diukur menggunakanTobin’s Q karena informasi yang diberikan oleh Tobin’s Q dinilai paling baik. Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan tidak terfokus pada investor dalam bentuk saham saja(Sukamulja, 2004 dalam Permanasari, 2010). Perusahaan yang memiliki Tobin’s Q dengan nilai yang semakin tinggi menunjukkan bahwa prosfek pertumbuhan perusahaan semakin baik, karena investor akan mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk perusahaan yang memiliki nilai pasar aset yang lebih besar daripada nilai bukunya. Apabila nilai Q lebih kecil dari 1, berarti investasi dalam aktiva tidak menarik (Herawaty, 2008). Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H1 : Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H2 : Profitabilitasmemperkuat pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan. METODE PENELITIAN Penelitiandilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEIperiode 2008- 2012 dengan mengakses website www.idx.co.id. Penelitian menggunakan sumber data sekunder yang didapat darilaporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012.Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dan memanfaatkan data laporan tahunan perusahaan manufakturtahun 2008- 2012 yang telah tersedia sebagai informasi. Data tersebut didapat dari situs yang dimiliki oleh BEI yaitu www.idx.co.id. Populasi penelitian yaitu kumpulan dari seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 dengan jumlah119 perusahaan.Pengambilan sampel dengan metode nonprobability samplingyaitu dengan teknik purposive samplinguntuk memperoleh sampel yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, yaitu perusahaan manufaktur yang ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3 (2013):723-738 729 terdaftar di BEI selama periode tahun 2008-2012 dan memiliki laporan tahunan lengkap selama periode tahun 2008-2012. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel tersebut, diperoleh 11 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel sehingga jumlah sampel selama lima tahun periode pengamatan adalah sebanyak 55 data. Penelitian ini menggunakan teknik Analisis Regresi Linier Berganda dan Moderated Regression Analysis (MRA) dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution(SPSS)versi 15. Tahapyang dilakukan adalahuji asumsi klasik, perumusan model analisis regresi, koefisien determinasi, uji kesesuaian model dan uji statistik t. Definisi operasional variabel yang dipakai yaitu: 1. Pengungkapan CSR diukur menggunakan daftar pengungkapan tanggung jawab sosial, yaitu dengan memberi skor “0” untuk setiap item yang tidak diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan dan memberi skor “1” untuk setiap item yang diungkapkan (Sembiring, 2005). CSRIj = ….…………………………...........……………………………………(1) Dimana, CSRIj : Pengungkapan Corporate Social Responsibility Index perusahaan j n : jumlah skor pengungkapan yang diperoleh untuk perusahaan j k : jumlah skor maksimal (78) 2. Profitabilitasdalam penelitian diproksi menggunakanReturn On Assets (ROA). ROA = …………………………………….…(2) 3. Nilai Perusahaan diproksi dengan Tobin’s Q. ( ) ( ) EBV D EMV D Q    ………………………………………………….……….(3) Dimana : G.A.M, Ervina Rosiana, Gd. Juliarsa dan M.M. Ratna Sari. Pengaruh Pengungkapan CSR… 730 Q : nilai perusahaan EMV : nilai pasar ekuitas (EMV = closing price x jumlah saham yang beredar) D : nilai buku dari total hutang EBV : nilai buku dari ekuitas HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Asumsi Klasik Penelitian dilakukan padaseluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menggunakan data time series dalam kurun waktu 2008 hingga 2012. Jumlah data dalam penelitian ini sebanyak 55 data.Berdasarkan 55 data penelitan, berikut adalah hasil dari uji asumsi klasik. Tabel 1. Hasil Uji Normalitas UnstandardizedResidual Analisis Regresi Linear Berganda MRA N Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) 55 1,013 0,256 55 0,564 0,909 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013. Tabel 1menunjukkan Sig. (2 – tailed)dalam One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada analisis regresi linear berganda dan MRA masing-masing senilai 0,256 dan 0,909 yaitu di atas0,05. Ini berarti bahwa data yang diuji terdistribusi normal. Tabel 2. Hasil Uji Autokorelasi Analisis Regresi Linear Berganda MRA Durbin - Watson 1,852 1,772 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013. Tabel 2 menunjukkan nilai Dw pada analisis regresi linear berganda dan MRA masingmasing sebesar1,852 dan 1,772, sementara dengan jumlah n = 55 diperoleh nilai dU = 1,64 dan 4-dU = 2,36. Nilai Dw sebesar 1,852 dan 1,772terletak diantara nilai dU dan 4-dU yang ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3 (2013):723-738 731 merupakan daerah bebas autokorelasi. Ini berarti data penelitian tidak mengandung gejala autokorelasi. Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Model Collinearity Statistics Tolerance VIF CSR ROA CSR*ROA 0,848 1,179 0,5631,777 0,540 1,851 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013. Tabel 3 menunjukkan seluruh variabel bebas dengan tolerance bernilai diatas 0,1 serta VIF dengan nilai dibawah 10. Ini berartidata pada penelitiantidak mengandung gejala multikolinearitas. Tabel 4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sig. Model Analisis Regresi Linear Berganda MRA 1 (Constant) CSR ROA CSR*ROA 0,019 0,738 0,715 0,441 0,265 0,454 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013. Berdasarkan Tabel 4, nilai signifikansi dari masing-masing variabel independen terhadap nilai absolute residual pada analisis regresi linear berganda dan MRAberada di atas 0,05. Ini berarti bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas pada data penelitian. Analisis Regresi Linier Berganda Dalam menguji hipotesis pertama dilakukan uji regresi linear berganda, dengan hasil sebagai berikut. Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B T Sig. Std. Error Beta 1 (Constant) CSR 0,156 5,378 0,301 0,928 0,623 0,518 5,794 0,606 0,000 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013. G.A.M, Ervina Rosiana, Gd. Juliarsa dan M.M. Ratna Sari. Pengaruh Pengungkapan CSR… 732 Persamaan regresi yang dihasilkan tabel 5, sebagai berikut. Y = 0,156 + 5,378 X1 + e 1. Nilai Konstanta 0,156 memiliki arti apabila pengungkapan CSR konstan, maka nilai perusahaan akan meningkat sebesar 0,156 persen. 2. Nilai koefisien regresi pengungkapan CSR (X1) sebesar 5,378 memiliki arti apabila pengungkapan CSR meningkat sebesar 1 persen, maka nilai perusahaan meningkat sebesar 5,378 persen. Tabel 6. Hasil MRA Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B T Sig. Std. Error Beta 1 (Constant) CSR ROA CSR*ROA 0,720 0,206 -0,561 30,886 0,340 1,134 3,170 9,385 0,024 -0,039 0,907 2,120 0,181 -0,177 3,291 0,039 0,857 0,860 0,002 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013. Persamaan regresi yang dihasilkan tabel 6, sebagai berikut. Y = 0,720 + 0,206 X1 – 0,561 X2 + 30,886 X1X2 + e Persamaan regresi tersebut memiliki makna sebagai berikut. 1. Nilai Konstanta 0,720 memiliki arti apabila pengungkapan CSR, profitabilitas, hubungan antara pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan profitabilitas konstan, maka nilai perusahaan akan meningkat sebesar 0,720 persen. 2. Nilai koefisien regresi pengungkapan Corporate Social Responsibility (X1) sebesar 0,206 memiliki arti apabila pengungkapan Corporate Social Responsibilitymeningkat sebesar 1 persen dengan anggapan variabel lainnya konstan, maka nilai perusahaan meningkat sebesar 0,206persen. ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3 (2013):723-738 733 3. Nilai koefisien regresi profitabilitas (X2) sebesar -0,561memiliki arti apabila profitabilitas meningkat sebesar 1 persen dengan anggapan variabel lainnya konstan, maka nilai perusahaan menurun sebesar 0,561persen. Hasil Uji Kesesuaian Model dan Koefisien Determinasi Uji Kesesuaian Model bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang dibuat layak digunakan sebagai alat analisis untuk menguji pengaruhvariabel independen terhadap variabel dependennya. Hasil pengujian disajikan dalam tabel berikut. Tabel 7. Hasil Uji Kesesuaian Model Analisis Regresi Linear Berganda MRA Model F Sig. F Sig. 1 Regression Residual Total 33,566 0,000a 64,128 0,000a Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013. Tabel 7 menunjukkan p-valuepada analisis regresi linear berganda dan MRA masingmasing sebesar 0,000yaitu di bawah 0,05, berarti model regresi layak digunakan dalam penelitian ini. Nilai Adjusted R2 pada regresi linear bertujuan untuk mengetahui seberapa besar variabel independen memengaruhi variabel dependennya. Nilai adjusted R2 dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Hasil Koefisien Determinasi Model Analisis Regresi Linear Berganda MRA 1 R Square AdjustedRSquare 0,388 0,376 0,790 0,778 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013. Berdasarkan Tabel 8, nilai adjusted R2 pada analisis regresi linear berganda dan MRA masing-masing sebesar 0,376 dan 0,778. Nilai adjusted R2 pada analisis regresi linear G.A.M, Ervina Rosiana, Gd. Juliarsa dan M.M. Ratna Sari. Pengaruh Pengungkapan CSR… 734 berganda sebesar 0,376 memiliki arti bahwa37,6% perubahan nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan Corporate Social Responsibility, sedangkan62,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.Sedangkan, nilai adjusted R2 pada MRA sebesar 0,778 memiliki arti bahwa 77,8% perubahan nilai perusahaan dapat dijelaskan oleh variabel pengungkapan CSR serta profitabilitas sebagai variabel moderasi, sedangkan 22,2% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model. Hasil Uji Statistik t Tabel 9. Hasil Uji Statistik t Analisis Regresi Linear Berganda Model B T Sig 1 (Constant) CSR 0,156 5,378 0,518 5,794 0,606 0,000 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013. Berdasarkan tabel 9, diperoleh bahwa variabel pengungkapan Corporate Social Responsibility mempunyai koefisien dengan arah positif. Hal itu menunjukkan bahwa peningkatan pengungkapan CSR akan cenderung memiliki nilai perusahaan yang tinggi. a. Pengujian Hipotesis 1 Berdasarkan tabel 9 didapatkan hasil estimasi variabel pengungkapan Corporate Social Responsibilitydengan nilai t sebesar 5,794 dengan signifikansi senilai 0,000 yaitu di bawah 0,05 memiliki arti bahwa variabel pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sehingga Hipotesis 1 diterima. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder yang menyatakanperusahaanberoperasi bukan hanyauntuk kepentingan perusahaan itu namun harus memberikan manfaat kepadastakeholder-nya. Apabila perusahaan dapat memaksimalkan manfaat yangditerima stakeholder maka akan timbul kepuasan dan apresiasi bagi stakeholder dan akan meningkatkan nilai perusahaan (Freeman et al., 2006). Penelitian dengan hasil yang sama dilakukanLuo dan Bhattacharya (2006) serta Nurlela dan Islahuddin (2008). ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3 (2013):723-738 735 Tabel 10. Hasil Uji Statistik t MRA Model B T Sig 1 (Constant) CSR ROA CSR*ROA 0,720 0,206 -0,561 30,886 2,120 0,181 -0,177 3,291 0,039 0,857 0,860 0,002 Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013. Berdasarkan tabel 10 diperoleh bahwa koefisien variabel moderasi profitabilitas memiliki arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan profitabilitas akan cenderung memperkuat pengaruh antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan. b. Pengujian Hipotesis 2 Berdasarkan tabel 10diperoleh hasil estimasi variabel moderasi profitabilitas dengan nilai t sebesar 3,291 dansignifikansisenilai 0,002 yaitu dibawah 0,05. Berarti variabel profitabilitas mampu memoderasi (memperkuat)pengaruhpengungkapan CSRterhadap nilai perusahaan, sehingga H2 diterima.Seperti pendapat yang diungkapkan Heinze (1976) dalam Hackston dan Milne (1996) bahwa profitabilitas merupakan faktor yang menjadikan manajemen lebih bebas dan fleksibel dalam mengungkapkan CSR kepada shareholder dan stakeholder. Profitabilitas yang semakin tinggi akan membuat manajemen dapat melakukan dan mengungkapkan aktivitas CSR secara lebih luas. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2012 dan profitabilitas mampu memperkuat pengaruh pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya yaitu penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel G.A.M, Ervina Rosiana, Gd. Juliarsa dan M.M. Ratna Sari. Pengaruh Pengungkapan CSR… 736 yang berbeda atau dapat menambah sampel, tidak hanya menggunakan perusahaan manufaktur saja serta memperluas rentang waktu penelitian sehingga diharapkan lebih mampu melakukan generalisasi pada hasil penelitian. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel independen yang dapatmempengaruhi nilai perusahaan, seperti Good Corporate Governance (GCG). REFERENSI Bowen, Howard R. 1943. The Interpretation of Voting in the Allocation of Economic Resources. The Quarterly Journal of Economics, 58 (1), pp: 27-48. Branco, Manuel Castelo and Rodrigues Lucia Lima. 2008. Faktors Influencing Social Responsibility Disclosure by Portuguese Companies. Journal of Business Ethies, 83, pp: 685-701. Chariri, Anis. 2008. Kritik Sosial atas Pemakaian Teori dalam Penelitian Pengungkapan Sosial dan Lingkungan. Jurnal Maksi, 8(2), h: 151-169. Cheng, Megawati dan Yulius Logi Christiawan. 2011. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 13(3), Mei 2011, h: 24-36. Daud, Rulfah M. dan Abrar Amri. 2008. Pengaruh Intellectual Capital dan Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI). Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 1(2), Juli 2008, h: 213-231. Ghoul, Sadok El, Omrane Guedhami, Chuck C. Y. Kwok and Dev R. Mishra. 2011. Does Corporate Social Responsibility affect the cost of capital?. Journal of Banking & Finance, 35 (9), pp: 2388-2406. Gossling, Tobias dan Chris Vocht. 2007. Social Role Conceptions and Corporate Social Responsibility Policy Success. Journal of Business Ethics, 74, pp: 363-372. Hackston, David dan Markus J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and Accountability Journal, 9 (1), pp: 77-100. Heinkel, Robert, Alan Kraus and Josef Zechner. 2001. The effect of green investment on corporate behavior. Journal of Financial and Quantitative Analysis, 36 (4), pp: 431. Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 10 (2), h: 97-108. Jensen, Michael C. 2001. Value Maximisation, Stakeholder Theory, and the Corporate Objective Function.European Financial Management, 7(3), pp: 297-317. ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3 (2013):723-738 737 Kamil, Ahmad dan Antonius Herusetya. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Kegiatan Corporate Social Responsibility. Media Riset Akuntansi, 2(1), h: 1-17. Kartini dan Tulus Arianto. 2008. Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 12(1), h: 11 – 21. Mathews, M.R. 1995. Social and Environmental Accounting: A Practical Demonstration of Ethical Concern. Journal of Business Ethics, 14(8), pp: 663-671. Nurlela dan Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI. Nuzula, Nila Firdausi and masanori Kato. 2011. Do Japanese Capital Markets Respond to the Publication of Corporate Social Responsibility Reports?. Journal of Accounting, Finance and Economics, 1(1), pp: 48-60. Purwanto, Agus. 2011. Pengaruh Tipe Industri, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,terhadap Corporate Social Responsibility. Jurnal Akuntansi & Auditing, 8(1), November 2011, h: 1-94. Reverte, C. 2009. Determinants of Corporate Social Responsibility Disclosure Ratings by Spanish Listed Firms. Journal of Business Ethics, 88, pp: 351-366. Rika, Nurlela dan Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI. Rustiarini, Ni Wayan. 2010. Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010. Sari, Rizkia Anggita. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal, 1(1), h: 124-140. Sembiring, Eddy Rismanda. 2003. Kinerja Keuangan, Political Visibility, Ketergantungan pada Hutang, dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya, 16 – 17 Oktober 2003. , Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. SNA VIII Solo, 15-16 September 2005. Undang-Undang No.40 tahun 2007. Utama, Sidharta. 2007. Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan TanggungJawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia. www.ui.edu. Diakses tanggal 18 Mei 2013. G.A.M, Ervina Rosiana, Gd. Juliarsa dan M.M. Ratna Sari. Pengaruh Pengungkapan CSR… 738 Waryanti, 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Sosial Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi S1 Akuntansi UNDIP. www.idx.co.id



Jurnal CSR Referensi 3

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN KINERJA PERUSAHAAN
Kartika Hendra Titisari Fakultas Ekonomi - UNIBA - Surakarta
Eko Suwardi Fakultas Ekonomi – UGM – Yogyakarta
Doddy Setiawan Fakultas Ekonomi – UNS - Surakarta

ABSTRACT
This research investigates the effects of Corporate Social Responsibility (CSR) on the firm performance. We analyse CSR based on the parameters: community, environment and employment and we use CAR as proxy of firm performance. Samples of this research consist of 32 annual reports of the companies which vulnerable to environment and joined the Company’s Environmental Performance Rating Program of the Ministry of Environment from 2005 to 2006. The results of the descriptive statistics show that there is an increase in the CSR index trend; if seen from its parameters, the CSR activities are much more done in the field of environment and community. Based on the correlation analysis, the variables of environment and community have a positive correlation with CAR; this indicates that information regarded by the investors to have effect on the corporate performances. On the other hand employment has a negative correlation with CAR, because this information is thought by the investors to be the corporate expenditures, which causes the damage of value in the stockholders. But, using regression analysis we do not find significant impact of CSR as well as community and environmental on the stock return. On the other hand, we find significant effect of employment on the stock return. Keyword : CSR, environment, community, employment, stock return, firm performance

1. PENDAHULUAN
Akhir-akhir ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) banyak di bahas. Perusahaan di dunia maupun di Indonesia juga semakin banyak yang mengklaim bahwa mereka telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Kesadaran tentang pentingnya mempraktikan CSR ini menjadi trend global seiring dengan semakin maraknya kepedulian mengutamakan stakeholders. Kemajuan teknologi informasi dan keterbukaan pasar, perusahaan harus secara serius dan terbuka memperhatikan CSR. Sejalan dengan perkembangan tersebut, Undang-Undang RI No. 40/2007 mewajibkan perseroan yang bidang usahanya di bidang atau terkait dengan bidang SDA untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dan wajib melaporkan pelaksanaan tanggung jawab tersebut di Laporan Tahunan. Penelitian mengenai CSR telah banyak dilakukan baik di Indonesia maupun di negara 3 lain, misalnya Widiastuti (2002), Mahoney et al (2003), Zuhroh dan Sukmawati (2003), Suratno et al (2006), Fauzi et al (2007), Fiori et al (2007), dan Sayekti dan Wondabio (2007). Penelitian yang menginvestigasi hubungan CSR dan kinerja perusahaan yang meliputi kinerja keuangan dan kinerja ekonomi dilakukan oleh Mahoney et al (2003) yang meneliti hubungan antara kinerja sosial dan lingkungan perusahaan dengan kinerja keuangan (ROE dan ROA) dengan variabel kontrol debt to assets ratio dan assets. Hasilnya menunjukkan hubungan positif. Penelitian Suratno et al (2006) menunjukkan bahwa environmental performance berpengaruh secara positif terhadap economic performance. Fauzi et al (2007) merupakan peneliti yang mengembangkan model slack resource theory dan good manajement theory dalam meneliti hubungan Corporate Social performance dan Corporate Financial Performance (ROE dan ROA). Hasil studi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Analisis lebih jauh dengan menggunakan slack resource theory menunjukkan size perusahaan mempengaruhi hubungan CSP dan CFP. Sayekti dan Wondabio (2007) meneliti pengaruh CSR disclosure terhadap Earning Response Coefficient. Bukti empiris menunjukkan CSR berpengaruh negatif terhadap earning response coefficient, yang mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Widiastuti (2002) justru menunjukkan pengaruh positif. Fiori et al (2007) meneliti CSR terutama yang berkaitan dengan reaksi investor dan memproksi kinerja perusahaan menggunakan stock price. Hasil empirisnya menunjukkan CSR tidak signifikan mempengaruhi stock price. Lutfi (2001) seperti yang dikutip oleh Zuhroh dan Sukmawati (2003) tidak menemukan pengaruh yang signifikan dari praktek pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan terhadap perubahan harga saham. Penelitian Zuhroh dan Sukmawati (2003) pada perusahaan-perusahaan high profile membuktikan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh 4 terhadap volume perdagangan saham. Brammer et al (2005) menginvestigasi hubungan antara corporate social performance dan financial performance yang diukur dengan stock return untuk perusahaan–perusahaan di UK. Environment dan employment berkorelasi negatif dengan return, sedangkan community berkorelasi positif . Adanya hasil empiris terdahulu yang masih kontradiktif dan bervariasi dalam mengukur kinerja perusahaan serta pentingnya konsep ini dalam mempengaruhi kebijakan perusahaan secara mikro dan juga membentuk kepercayaan investor, penelitian ini akan membahas pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan yang di ukur dengan stock return. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu di Indonesia adalah pengukuran indeks CSR dilakukan untuk masing-masing parameter (environtment, employment, community) seperti yang dilakukan Brammer et al (2005) dan Fiori et al (2007). Hasil penelitian akan memberikan bukti empiris pengaruh CSRparameters terhadap kinerja perusahaan dan menunjukkan parameter yang lebih banyak mendapat perhatian perusahaan. Selain itu penelitian ini dilakukan pada perusahaan rawan lingkungan serta mengikuti program PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup. Menurut Robert seperti yang dikutip Hackston dan Milne (1996), perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan (rawan lingkungan) termasuk dalam tipe industri high profile. Perusahaan ini pada umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi untuk bersinggungan dengan kepentingan luas (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Adanya fakta permasalahan CSR yang dilakukan perusahaan di Indonesia dan kontradiktifnya hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan CSR dan kinerja perusahaan serta bervariasinya ukuran yang digunakan untuk kinerja perusahaan (Mahoney et al. 2003; Zuhroh dan Sukmawati 2003; Brammer et al. 2005; Suratno et al. 2006 ; Fauzi et al. 2007; Fiori et al. 2007; Sayekti dan Wondabio, 2007) maka memunculkan perumusan 5 pertanyaan masalah dalam penelitian sebagai berikut: ”Apakah CSR parameter (environtment, employment, community) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan?”
2. REVIEW LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2. 1. Coporate Social Responsibility (CSR) Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungannya tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Tilt, CA. 1994). Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dalam kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994) seperti yang dikutip oleh Haniffa dan Cooke (2005). Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie dan Parker, 1990). Praktik pengungkapan CSR bervariasi di antar waktu dan antar negara. Hal ini disebabkan isu-isu yang dipandang penting oleh satu negara mungkin akan menjadi kurang penting bagi negara lain (Gray et al. 1995; Williams,1999; Yusoff dan Lehman, 2003). Pengungkapan CSR perusahaan untuk meningkatkan citra perusahaan dan ingin dilihat sebagai warga negara yang bertanggung jawab (Ahmad et al. 2003) dan perusahaan akan mengungkapkan informasi tertentu jika ada aturan yang menghendakinya (Anggraini, 2006). Mengenai pengertian CSR belum ada pengertian tunggal yang disepakati oleh semua pihak. Menurut Darwin (2004) seperti yang dikutip oleh Anggraini (2006), CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap 6 lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Gray et al (1987) seperti dikutip oleh Belal (2001) mendefinisikan CSR sebagai proses komunikasi sosial dan lingkungan dari organisasi ekonomi terhadap kelompok tertentu di masyarakat, yang melibatkan tanggung jawab organisasi (terutama perusahaan), di luar tanggung jawab keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perusahaan mempunyai tanggung jawab lebih luas dibanding hanya untuk mencari uang bagi pemegang saham. Dari beragam definisi CSR, ada satu kesamaan bahwa CSR tak bisa lepas dari kepentingan shareholder dan stakeholder perusahaan. Konsep inilah yang kemudian diterjemahkan oleh John Elkington sebagai triple bottom line, yaitu: Profit, People, dan Planet. Maksudnya, tujuan CSR harus mampu meningkatkan laba perusahaan, menyejahterakan karyawan dan masyarakat, sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan.

2.2. Pengungkapan Sosial Perusahaan Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting, atau corporate social responsibility merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005). Pratiwi dan Djamhuri (2004) mengartikan pengungkapan sosial sebagai suatu pelaporan atau penyampaian informasi kepada stakeholders mengenai segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Hasil penelitian di berbagai negara membuktikan, bahwa laporan tahunan (annual report) merupakan media yang tepat untuk menyampaikan tanggung jawab sosial perusahaan.

2.3. Tema Pengungkapan sosial Kategori corporate social disclosures menurut William (1999) meliputi 5 (lima) tema 7 antara lain : (1) environment; (2) energy; (3) human resources and management; (4) products and customers; and (5) community. Sedangakan Brammer et al (2005) pengukuran CSR dengan mempertimbangkan tiga parameter CSR yaitu: Employment, Environment dan Community.

2.4. Kinerja perusahaan Laporan tahunan merupakan salah satu sumber informasi guna mendapatkan gambaran kinerja perusahaan. Informasi ini diberikan oleh pihak manajemen perusahaan merupakan salah satu cara untuk memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan kepada para stakeholder. Kinerja manajemen perusahaan memiliki dampak terhadap likuiditas dan volatilitas harga saham, yang dijadikan dasar oleh para investor dalam melakukan investasi (Junaedi, 2005). Penelitian–penelitian terdahulu yang mengangkat topik pengaruh pengungkapan informasi dalam laporan tahunan perusahaan terhadap indikator-indikator kinerja perusahaan seperti ROA, ROE, profitabilitas, harga saham dan return telah banyak dilakukan baik di luar maupun di Indonesia sendiri. Penelitian yang langsung menguji informasi CSR yang merupakan informasi non keuangan terhadap harga saham dilakukan oleh Fiori et al (2007) menunjukkan pengaruh CSR terhadap harga saham. Penelitian Brammer (2005) menunjukkan pengaruh CSR terhadap return. Meskipun sangat lemah, penelitian Junaedi (2005) menemukan bahwa pengungkapan dalam laporan tahunan berpengaruh terhadap return. Ini menunjukkan kemungkinan informasi dalam laporan tahunan perusahaan belum dijadikan salah satu sumber informasi penting dan menentukan dalam proses pengambilan keputusan investasi oleh para investor yang tercermin dari volume perdagangan serta return saham yang diperdagangkan. Secara umum konsep pengukuran kinerja perusahaan tradisional (Fiori et al, 2007) fokus pada analisis : profitability, Liquidity, Solvency, Financial efficiency, Repayment 8 capacity. Akuntansi mendasarkan ukuran kinerja keuangan adalah suatu peramal yang cukup untuk penilaian pasar perusahaan dan return. Harga pasar saham merefleksikan nilai fundamental saham (Brief dan Lawson, 1992; Peasnell, 1996) seperti dikutip oleh Fiori et al (2007). Sehingga dapat di simpulkan bahwa harga pasar saham menggambarkan kinerja perusahaan. Lebih jauh lagi pergerakan harga saham ini akan mempengaruhi return yang diterima oleh investor. Tentu saja juga dipengaruhi oleh return pasar. Sehingga abnormal return yang diterima oleh investor juga akan menggambarkan kinerja pasar perusahaan (market performance).

2.5. Penelitian terdahulu Penelitian mengenai CSR telah banyak dilakukan di berbagai negara dan dalam kurun waktu yang berbeda. Umumnya meneliti karakteristik perusahaan yang diduga memiliki hubungan dengan praktek pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan yang merupakan sumber informasi penting bagi stakeholder dalam menilai kinerja perusahaan. Berikut ini akan dijabarkan beberapa penelitian tersebut. Hackston dan Milne (1996) menyajikan bukti empiris yaitu ukuran perusahaan dan industri berhubungan dengan jumlah pengungkapan sedangkan profitabilitas tidak. Interaksi antara ukuran perusahaan dan industri menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang lebih kuat antara perusahaan dalam industri yang high-profile dibandingkan dengan industri yang low-profile. Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang low-profile. Roberts (1992) seperti yang dikutip Hackston dan Milne (1996) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Preston (1977) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki aktivitas ekonomi yang memodifikasi lingkungan, seperti industri ekstraktif, lebih mungkin mengungkapkan informasi mengenai 9 dampak lingkungan dibandingkan industri yang lain. Cowen, et al. (1987) dalam Hackston dan Milne (1996) mengatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan mempengaruhi penjualan. Penelitian Anggraini (2006) menemukan perusahaan akan mengungkapkan informasi tertentu jika ada aturan yang menghendakinya. Perusahaan perbankan dan asuransi sebagian besar mengungkapkan informasi mengenai pengembangan sumber daya manusianya dibandingkan dengan industri yang lain. Hal ini karena industri ini sangat tergantung pada kemampuan manusia (karyawan) dalam memberikan jasanya kepada pelanggan. Perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang besar dan termasuk dalam industri yang memiliki risiko politis yang tinggi cenderung mengungkapkan informasi sosial yang lebih banyak dibandingkan perusahaan lain. Perusahaan dengan kategori high profile, merasa perlu menerapkan luas pengungkapan sosial yang lebih baik dengan tujuan untuk menciptakan penilaian yang positif terhadap kinerja perusahaan (Nahar, 2007). Sarumpaet (2005) memberikan bukti empiris tidak ada hubungan yang signifikan antara kinerja lingkungan dan kinerja keuangan perusahaan, akan tetapi ukuran perusahaan berhubungan secara signifikan terhadap kinerja lingkungan. Spicer (1978) menunjukkan adanya asosiasi yang signifikan antara investment value dari saham perusahaan dan kinerja sosial perusahaan meskipun tingkat asosiasi dari tahun ke tahun menurun. Demikian juga Teoh et al (1998) membuktikan hubungan positif antara pengungkapan informasi lingkungan hidup dengan financial performance pada perusahaan rawan lingkungan. Penelitian Suratno et al (2006) menunjukkan bahwa environmental performance berpengaruh secara positif terhadap economic performance. Meskipun penelitian ini tidak secara langsung meneliti mengenai korelasi dari pengungkapan environmental terhadap kinerja ekonomi perusahaan, tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa environmental 10 performance berpengaruh positif terhadap environmental disclosures. Mahoney dan Robert (2003) memberikan bukti empiris hubungan yang positif dan signifikan antara kinerja sosial dan lingkungan perusahaan dengan kinerja keuangan. Fauzi et al (2007) merupakan peneliti yang mengembangkan model slack resource theory dan good manajement theory dalam meneliti hubungan Corporate Social performance dan Corporate Financial Performance dan menggunakan size perusahaan dan type perusahaan sebagai moderating variabel. Hasil studi tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. Analisis lebih jauh dengan menggunakan slack resource theory menunjukkan size perusahaan positif signifikan mempengaruhi hubungan CSP dan CFP. CSR berpengaruh negatif terhadap earning response coefficient yang mengindikasikan bahwa investor mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan (Sayekti dan Wondabio, 2007). Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Widiastuti (2002) yang justru menunjukkan pengaruh positif. Zuhroh dan Sukmawati (2003) menunjukkan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh terhadap volume perdagangan saham bagi perusahaan yang masuk kategori high profile. Lutfi (2001) seperti dikutip oleh Zuhroh dan Sukmawati (2003) tidak menemukan pengaruh yang signifikan dari praktek pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan terhadap perubahan harga saham. Hasil ini konsisten dengan Indah (2001) dan Rasmiati (2002) seperti dikutip oleh Zuhroh dan Sukmawati (2003) yang juga tidak menemukan hubungan yang signifikan antara pengungkapan sosial dengan volume perdagangan saham seputar publikasi laporan tahunan. Penelitian empiris lainnya dilakukan Alexander dan Buchhloz (1978) ini yang tidak menemukan hubungan yang signifikan antara tingkat CSR dan kinerja pasar saham yang diukur dengan rata-rata return. Brammer et al (2005) menginvestigasi hubungan antara corporate social performance dan financial performance yang diukur dengan stock return untuk perusahaan – perusahaan 11 di UK. Environment dan employment berkorelasi negatif dengan return, sedangkan community berkorelasi positif. Selanjutnya Fiori et al (2007) memproxi kinerja keuangan perusahaan menggunakan harga pasar saham dengan variabel kontrol Debt/Equity Ratio, ROE dan Beta levered. Hasil empirisnya menunjukkan CSR parameter (environment, employment, dan community) tidak signifikan mempengaruhi harga pasar saham. Berbagai penelitian menunjukkan hasil yang beragam serta beragam dalam mengukur kinerja perusahaan. Secara umum hasil penelitian mengindikasikan bahwa CSR berpengaruh terhadap kinerja perusahaan walaupun terdapat hasil penelitian yang tidak membuktikan hubungan tersebut yaitu Alexander dan Buchhloz (1978); Hackston dan Milne (1996); Lutfi (2001); dan Sarumpaet (2005). Beberapa penelitian lainnya menunjukkan hubungan antara CSR dan kinerja perusahaan adalah Spicer (1978); Teoh et al (1998); Widiastuti (2002); Mahoney dan Robert (2003); Zuhroh dan Sukmawati (2003); Brammer et al (2005); Suratno et al (2006); Fauzi et al (2007); dan Fiori et al (2007). Dengan menguji pengaruh CSR berdasarkan parameternya seperti dilakukan oleh Brammer et al (2005) dan Fiori et al (2007) dan menggunakan stock return sebagai ukuran kinerja perusahaan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H 1 : CSR berpengaruh terhadap stock return H 2 : CSR (environment) berpengaruh terhadap stock return H 3 : CSR (employment) berpengaruh terhadap stock return H 4 : CSR (community) berpengaruh terhadap stock return

3. METODE RISET
3.1. Populasi dan Sampel Populasi
Yang menjadi obyek penelitian ini ialah laporan tahunan perusahaanperusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005–2006. Sampel dipilih 12 dengan metode purposive sampling. Kriteria pengambilan sampel adalah: laporan tahunan dari perusahaan – perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang termasuk dalam industri rawan lingkungan dan mengikuti program PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup dan melaporkan aktivitas CSR dalam laporan tahunan. 

3.2. Variabel dan Metode Analisis
3.2.1. Variabel Variabel independent Dalam penelitian ini adalah CSRI dan CSRIparameters. Variabel dependen adalah stock return, yang di ukur dengan Cumulative Abnormal Return (CAR).

3.2.2. Metode Analisis

3.2.2.1. Penghitungan indeks CSR
a. Membuat suatu daftar (checklist) pengungkapan CSR Daftar item yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar item yang pernah digunakan oleh peneliti sebelumnya, yaitu Sembiring (2005) dan Sayekti (2007) dikombinasikan dengan penelitian Brammer (2005) dan Fiori (2007). 
b. Menentukan indeks CSR untuk setiap perusahaan sampel Pengecekan dan penghitungan CSRIparameters menggunakan pendekatan dikotomi yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika ada dan nilai 0 jika tidak ada (Haniffa et al, 2005) yang juga digunakan Sayekti (2007). Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Untuk mendapatkan indeks CSRI, total skor untuk setiap perusahaan dibagi dengan jumlah item pengungkapan.
3.2.2.2.Pengukuran Stock Return Stock Return di ukur dengan Cumulative Abnormal Returns (CAR). Perhitungan abnormal return dilakukan dengan menggunakan model pasar (market model). Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua periode, yaitu periode 13 estimasi ( estimation period ) selama 135 hari, yaitu dari hari -143 sampai dengan hari -8 dan periode peristiwa ( event period ) selama 15 hari.
3.2.2.3.Metode Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini digunakan alat analisis regresi. Pengaruh CSRI terhadap Stock Return (diproksi dengan CAR), di uji dalam 4 (empat) tahap. Pengujian pertama menguji pengaruh CSRI terhadap CAR tanpa variabel kontrol, kedua menguji pengaruh CSRI terhadap CAR dengan variabel kontrol, ketiga menguji CSRIparameters tanpa adanya variabel kontrol dan yang ke empat dengan memasukkan variabel kontrol. Adapun persamaan statistik dalam penelitian ini : a. CAR = a + b CSRI +e 1 b. CAR = a + b CSRI + b DER + b Beta + b ROE + b PBV +e 1 2 3 4 5 c. = + + + +e CAR a b1CSRIemployment b2CSRIenvironment b3CSRIcommunity d. + + + +e = + + + + b DER b Beta b ROE b PBV CAR a b CSRI b CSRI b CSRI employment environment community 4 5 6 7 1 2 3 Debt-Equity Ratio (DER) dan Beta levered di prediksi berpengaruh negatif terhadap stock return sedangkan ROE dan PBV berpengaruh positif terhadap stock return.




4. HASIL EMPIRIS 

4.1. Statistik Deskriptif dan Hasil Pengujian Asumsi Klasik Berdasarkan kriteria pengambilan sampel diperoleh sampel sebanyak 32 perusahaan (lihat tabel 1 untuk proses pengambilan sampel dan tabel 2 untuk perusahaan yang menjadi sampel). Hasil statistik deskriptif (lihat tabel 3 dan tabel 4) rata-rata index CSR lebih tinggi dari penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) yaitu sebesar 0,201751 (yang menggunakan data tahun 2005). Dalam penelitian ini indeks CSR sebesar 0,3696429. Peningkatan tren CSR yang dilakukan perusahaan ini mengindikasikan bahwa perusahaan semakin memberi perhatian kepada aktivitas CSR dan mengungkapkannya dalam laporan tahunannya. Hal ini menarik untuk diteliti lebih lanjut untuk mengetahui aktivitas CSR (parameter CSR) yang 14 paling banyak mendapat perhatian perusahaan. Rata-rata index CSR untuk parameter environment 0,53125 , parameter employment 0,2474669 dan parameter community 0,4859375. Berbeda dengan penelitian Anggraini (2006) yang menemukan pengungkapan kinerja lingkungan masih sangat sedikit dan pengungkapan tertinggi pada tanggung jawab ke masyarakat (community). Tetapi dalam penelitian ini ditemukan rata-rata aktivitas CSR parameter environment lebih tinggi dibanding parameter employment dan community. Hal ini bisa dimengerti bahwa industri dalam penelitian ini adalah perusahaan rawan lingkungan yang keberlangsungannya sangat tergantung pada lingkungan dan komunitas sekitar. Sejalan dengan penemuan Anggraini (2006) dimana pengungkapan sumber daya manusia kebanyakan dilakukan oleh perusahaan perbankan dan asuransi, dimana industri ini sangat tergantung pada kemampuan manusia (karyawan) dalam memberikan jasanya kepada pelanggan. Hasil pengujian pearson correlation menunjukkan bahwa korelasi antara variabel CAR dan variabel environment dan community adalah positif dan signifikan. Hasil pearson correlation ini sesuai dengan prediksi yang menyatakan ada pengaruh CSRI (parameter) terhadap CAR. Untuk parameter employment justru berkorelasi negatif dengan CAR. Berbeda dengan penelitian Brammer (2006) menemukan environment dan employment berkorelasi negative dengan return, sedangkan community berkorelasi positif, penelitian ini justru menemukan environment berkorelasi positif dengan return. Sedangkan korelasi antara variabel CAR dengan BETA dan DER adalah negatif. Sesuai dengan prediksi yang menyatakan semakin tinggi risiko dan leverage perusahaan maka investor akan semakin berhati-hati. Korelasi variabel CAR dengan ROE adalah positif. Hasil ini juga sesuai dengan prediksi yang menyatakan bahwa investor akan memberi perhatian lebih pada perusahaan yang memiliki kinerja ekonomi (diproksi dengan ROE) yang lebih tinggi. Berbeda dengan PBV sebagai proksi dari growth perusahaan yang diprediksi berkorelasi positif namun hasil 15 statistik menunjukkan korelasi negatif. Namun secara statistik yang menunjukkan hubungan yang signifikan adalah korelasi antara CAR dan environment, employment dan Beta. Uji asumsi klasik dilakukan agar model regresi pada penelitian signifikan dan representatif. Dari hasil analisis semua model regresi memenuhi asumsi klasik.
4.2. Hasil Pengujian Hipotesis Pengujian pengaruh CSR terhadap Stock Return (diproksi dengan CAR), di uji dalam beberapa tahap. Pengujian pertama menguji pengaruh CSRI terhadap CAR tanpa variabel kontrol, kedua menguji pengaruh CSRI terhadap CAR dengan variabel kontrol, ketiga menguji CSRI parameters tanpa adanya variabel kontrol dan yang ke empat dengan memasukkan variabel kontrol.

4.2.1. Analisa pengaruh Indeks Corporate Social Responsibility terhadap stock return Tabel 6 (terlampir) menyajikan tiga model regresi, yaitu Model 1 yang tidak memasukkan variabel kontrol dan Model 2a serta 2b yang memasukkan variabel kontrol. Setelah memasukkan variabel kontrol pada model 2a, uji F sebesar 0,551 (p-value 0,464). Kesimpulannya model regresi tidak signifikan, yang berarti variabel independent tidak bisa menjelaskan variabel dependent. Selanjutnya untuk memperoleh tingkat signifikansi model maka peneliti mengeluarkan variabel DER dan PBV dari model. Pengeluaran DER dan PBV dari Model 2a didasarkan pada nilai t yang kecil (tanpa memperhatikan tanda pasitif dan negatif) untuk memperoleh tingkat signifikansi model regresi. Hal ini sesuai dengan analisis regresi model backward (Santoso, 2001). Pada model 2b uji F sebesar 2.321 (p-value 0.097). Dari hasil ini disimpulkan bahwa dengan mengeluarkan variabel DER dan PBV maka variabel independen bisa menjelaskan variabel dependen, yaitu CAR. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi model 2b. Sehingga model 2b lebih baik dari model 2a. Pada analisis selanjutnya peneliti menggunakan model 1 dan model 2b. Berdasarkan hasil analisa regresi model 1 dan 2b membuktikan bahwa indeks CSR 16 tidak berpengaruh terhadap CAR. Hal ini sejalan dengan penelitian Alexander dan Buchhloz (1978) yang tidak menemukan hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Sejalan juga dengan penelitian Lutfi (2001) seperti yang dikutip Zuhroh dan Sukmawati (2003) yang tidak menemukan pengaruh yang signifikan CSR terhadap perubahan harga saham Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa model 1 memiliki R 2 sebesar 0,03, sedangkan model 2b memiliki R 2 yang lebih baik, yaitu 0,199. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu, bahwa kinerja pasar perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah beta dan kinerja ekonomi (yang dalam penelitian ini masing-masing diproksi dengan variabel Beta dan ROE). Peningkatan R 2 tersebut (dari 0,03 menjadi 0,199 menunjukkan bahwa pengikutsertaan variabel kontrol meningkatkan explanability model atau explainability variabel independen terhadap variabel dependen (CAR). Selanjutnya BETA berpengaruh negatif dan ROE berpengaruh positif terhadap ROE. Hal ini sesuai dengan prediksi.
4.2.2. Analisa pengaruh Indeks Corporate Social Responsibility parameter terhadap stock return Pengaruh CSR terhadap CAR pada model 1 adalah positif dan pada model 2b justru berpengaruh negatif. Kedua model menunjukkan arah hubungan yang berbeda. Dengan hasil ini lebih jauh lagi akan diuji pada model 3 dan 4a serta 4b, bagaimana sebenarnya hubungan dari CSR dan CAR dengan menguji CSR berdasarkan parameternya. Tabel 7 (terlampir) menyajikan tiga model regresi berganda, yaitu Model 3 yang tidak memasukkan variabel kontrol dan Model 4a serta 4b yang memasukkan variabel kontrol. Berdasarkan hasil analisa regresi baik model 3 maupun model 4a dan 4b membuktikan bahwa bahwa environment dan community berpengaruh positif terhadap CAR dan employment 17 berpengaruh negatif. Hal ini berbeda dengan temuan Brammer (2005) dimana environment dan employment berkorelasi negatif dengan return, sedangkan community berkorelasi positif. Dari hasil analisis ini perbedaan arah hubungan CSR dan CAR pada model 1 dan 2b terjawab, yaitu hanya parameter employment yang berpengaruh negatif. Model 3 memiliki nilai uji F sebesar 1,572 (p-value 0,074). Setelah memasukkan variabel kontrol pada model 4a, nilai uji F sebesar 1,713 (p-value 0.153). Kesimpulannya model regresi tidak signifikan, yang berarti variabel independent tidak bisa menjelaskan variabel dependent. Selanjutnya untuk memperoleh tingkat signifikansi model regresi 4a, peneliti mengeluarkan DER dan PBV dari model. Pengeluaran DER dan PBV dari Model 4a didasarkan pada nilai t yang kecil (tanpa memperhatikan tanda pasitif dan negatif). Hal ini sesuai dengan analisis regresi model backward (Santoso, 2001). Hasil analisis menunjukkan model 4b memiliki uji F sebesar 2.442 (p-value 0,061). Dari hasil ini disimpulkan bahwa dengan mengeluarkan variabel DER dan PBV maka variabel independent bisa menjelaskan variabel dependen, yaitu CAR. Namun demikian, hasil uji F model 4b menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil uji F model 3. Hal ini dapat dilihat dari signifikansi model 4b lebih baik dibanding model 3 meskipun sama pada level 10%. Karena model yang signifikan adalah model 3 dan 4b, maka pada analisis selanjutnya peneliti menggunakan model 3 dan 4b. Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa Model 3 memiliki adjusted R 2 sebesar 0,132. Sedangkan Model 4b memiliki adjusted R 2 yang lebih baik sebesar 0,189. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu bahwa kinerja pasar perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya beta dan kinerja ekonomi perusahaan (dalam penelitian ini diproksi dengan variabel beta dan ROE). Peningkatan R 2 tersebut menunjukkan bahwa pengikutsertaan variabel kontrol meningkatkan explainability model atau explainability 18 variabel independen terhadap perilaku variabel dependen (CAR). Selanjutnya BETA berpengaruh negatif dan ROE berpengaruh positif terhadap CAR. Hal ini sesuai dengan prediksi.

4.3. Diskusi Hasil Penelitian Statistik deskriptif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan trend CSR jika dibandingkan dengan penelitian Sayekti dan Wondabio, 2007 (menggunakan data tahun 2005). Rata-rata indeks CSR berdasarkan parameternya, environment dan community lebih tinggi dibanding employment. Beberapa penjelasan tentang hasil ini, pertama kemungkinan perusahaan semakin memberi perhatian terhadap aktivitas CSR untuk meningkatkan image perusahaan dan mempertahankan eksistensinya. Kedua terkait dengan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan rawan lingkungan. Perusahaan jenis ini termasuk dalam kategori high profil sehingga mendapatkan sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasinya memiliki potensi untuk bersinggungan dengan kepentingan luas. Sehingga perusahaan jenis ini cenderung lebih untuk melaksanakan aktivitas CSR dibandingkan dengan perusahaan low profil. Sedangkan dalam penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) tanpa membedakan jenis usaha. Hal ini juga sejalan dengan penelitian terdahulu, beberapa diantaranya adalah penelitian Hackston dan Milne (1996), Anggraini (2006) dan Nahar (2007). Hasil analisis korelasi antara variabel CAR dan variabel environment dan community adalah positif. Parameter employment justru berkorelasi negatif dengan CAR. Berbeda dengan penelitian Brammer (2006) menemukan environment dan employment berkorelasi negative dengan return, sedangkan community berkorelasi positif. Hal ini dimungkinkan pembelanjaan sosial perusahaan mengakibatkan merusak nilai pemegang saham. Penelitian ini justru menemukan environment berkorelasi positif dengan return. Penjelasan untuk hal ini kemungkinan juga terkait dengan sampel penelitian. 19 Secara keseluruhan dalam uji hipotesis, penelitian ini tidak berhasil menunjukkan hasil yang konsisten tentang pengaruh CSR terhadap stock return (diproksi dengan CAR). Hasil analisis regresi dengan model 1 dan model 2b menunjukkan bahwa CSR berpengaruh positif (model 1) dan negatif (model 2a dan 2b) terhadap stock return tetapi tidak signifikan. Berdasarkan hasil tersebut penelitian ini tidak berhasil membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa CSR berpengaruh terhadap stock return. Hasil ini mengindikasikan bahwa investor kurang menaruh perhatian terhadap aktivitas sosial perusahaan dalam memutusakan untuk berinvestasi. Hal ini juga dibuktikan dengan variabel Beta yang signifikan mempengaruhi CAR. Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu, diantaranya Alexander dan Buchhloz (1978) yang tidak menemukan hubungan yang signifikan antara CSR dan return, juga penelitian Lutfi, 2001 dalam Zuhroh dan Sukmawati, 2003 yang tidak menemukan pengaruh yang signifikan dari praktek pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan terhadap perubahan harga saham. Hasil analisis regresi dengan model 3 dan model 4b menunjukkan bahwa environment dan community berpengaruh positif terhadap CAR dan employment berpengaruh negatif. Namun penelitian ini tidak berhasil membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa environment dan community berpengaruh terhadap stock return dan mendukung hipotesis employment berpengaruh terhadap stock return. Hasil ini mengindikasikan pembelanjaan perusahaan mengakibatkan merusak nilai pemegang saham sejalan dengan penelitian Brammer (2006), namun tidak sejalan dengan penelitian Fiori (2007). 

5. Kesimpulan dan Saran

5.1.Simpulan Penelitian ini menguji pengaruh CSR terhadap kinerja pasar perusahaan yang diukur dengan stock return (diproksi dengan CAR) baik CSR secara keseluruhan maupun berdasarkan pada parameternya (environment, employment, dan community). Sampel 20 penelitian sebanyak 32 annual report perusahaan tahun 2005 dan 2006 dari perusahaan rawan lingkungan dan mengikuti program peringkat kinerja lingkungan hidup (PROPER) dari Kementerian Lingkungan Hidup. Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan trend indeks CSR, yang jika di lihat dari parameternya maka aktivitas CSR lebih banyak dilakukan pada parameter environment dan community. Dan dari analisis korelasi variabel environment dan community berkorelasi positif dengan CAR sedangkan parameter employment justru berkorelasi negatif dengan CAR. Namun hanya parameter environment dan employment yang signifikan. Berdasarkan hasil pengujian, hipotesis 1 yang menyatakan CSR berpengaruh terhadap stock return tidak didukung oleh bukti empiris. Hipotesis 2 dan hipotesis 4 yang diajukan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa CSRenvirontment dan CSRcommunity berpengaruh terhadap stock return juga tidak didukung oleh bukti empiris dari sampel penelitian ini. Sedangkan hipotesa 3 yang menyatakan bahwa CSRemployment berpengaruh terhadap stock return didukung oleh bukti empiris, meskipun pada level signifikansi 10%. Penelitian ini juga mencoba mengkonfirmasi beberapa variabel yang pada penelitian sebelumnya ditemukan berpengaruh pada CSR. Diantaranya, Beta, DER, ROE dan PBV. Analisis menunjukkan hanya Beta yang ditemukan berpengaruh negative terhadap stock return dengan tingkat signifikansi 10%. Dengan demikian meskipun lemah, penelitian ini dapat mendukung hasil – hasil penelitian terdahulu bahwa Beta adalah salah satu faktor yang paling konsisten berpengaruh negatif terhadap stock return. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa (1) isu mengenai CSR merupakan hal yang relatif baru di Indonesia dan kebanyakan investor memiliki persepsi yang rendah terhadap hal tersebut, (2) kualitas pengungkapan CSR tidak mudah untuk diukur; umumnya perusahaan melakukan pengungkapan CSR hanya sebagai bagian dari iklan dan 21 menghindari untuk memberikan informasi yang relevan, (3) CSRenvironment dan CSRcommunity direspon positif oleh investor, (4) CSRemployment di respon negatif oleh investor karena pembelanjaan perusahaan dianggap mengakibatkan merusak nilai pemegang saham. Investor diharapkan lebih menyadari pentingnya isu CSR di masa depan baik secara menyeluruh maupun berdasarkan pada parameternya, sehingga perusahaan mau melakukan aktivitas CSR secara nyata dengan memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif dari suatu kegiatan bisnis tertentu. Dalam jangka panjang, perusahaan dapat menikmati kinerja pasar yang baik dan pada gilirannya akan dinikmati oleh masyarakat secara umum.

5.2. Keterbatasan dan Saran Penelitian Selanjutnya Penelitian ini dilakukan pada perusahaan rawan lingkungan dan terdaftar dalam program PROPER. Untuk penelitian selanjutnya disarankan dilakukan pada industri sejenis yang tidak terdaftar dalam PROPER atau pada industri yang berbeda. Penelitian ini hanya menggunakan variabel kontrol Beta dan ROE. Semula penelitian ini juga memasukkan variable DER dan PBV sebagai variable kontrol, namun model regresi menjadi tidak signifikan, maka variable ini dikeluarkan dari model. Hal ini dimungkinkan karena keterbatasan sample penelitian. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperbesar jumlah sampel. Seperti halnya penelitian sebelumnya yang menggunakan indeks ungkapan, keterbatasan penelitian ini adalah unsur subyektivitas dalam mengukur indeks CSR. Selain itu dalam mengukur item CSR tidak memberikan bobot penilaian yang berbeda terhadap aktivitas CSR sehingga indeks menjadi kasar. Disarankan untuk penelitian berikutnya memberikan bobot terhadap aktivitas CSR perusahaan. Pengukuran indeks CSR harus terus mengikuti perkembangan yang ada dari berbagai badan internasional yang terkait dengan CSR dan disesuaikan dengan keadaan di Indonesia.

22 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, N., Maliah, and D. Siswantoro. 2003. Corporate social responsibility disclosure in Malaysia: An Analysis of Annual Reports of KLSE Listed Companies, IIUM Journal of Economics and Management Malaysia 11 (1).The International Islamic University Anggraini, Fr. 2006. Pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan (Studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar bursa efek Jakarta), Simposium Nasional Akuntansi 9. Alexander GJ and Buchloz RA. 1978. Corporate social responsibility and stock market performance, The Academy of Management Journal 21 (3): 479 – 486. Belal, Ataur Rahman. 2001. A study of corporate social disclosures in Bangladesh, Managerial Auditing Journal 16 (5): 274-289 Brammer S, Brooks C, dan Pavelin S. 2005. Corporate Social Performance and Stock Returns: UK Evidence from Disaggegate Measures, Financial Management. Desiandwi, S. 2006. Pengaruh ukuran perusahaan dan financial performance terhadap pengungkapan informasi lingkungan hidup (environment disclosure) pada laporan tahunan perusahaan, Skripsi FE UB, Malang. Djarwanto dan Subagyo, P, 1993. Statistik induktif. Yogyakarta, BPFE. Famiola M dan Rudito B. 2007. Etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia, Rekayasa Sains, Bandung. Fauzi, H. 2006. Corporate social and environmental performance: a comparative study between Indonesian companies and multinational companies (MNCS) operating in Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Bisnis 6 (1) : 87-100 Fauzi, H, Mahoney L , dan Rahman AA. 2007. The link between corporate social performance and financial performance: evidence from Indonesian companies, Issues in Social and Environmental Accounting 1 (1) : 149 – 159. Fiori G, Donato F, and Izzo M F. 2007. Corporate social responsibility and firms performance, an analysis Italian listed companies. www.ssrn.com. Ghozali, I. 2001. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit UNDIP. Gujarati, Damodar. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta. Gray R, Kouhy R and Lavers S. 1995. Corporate social and environmental reporting: A review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure, Accounting, Auditing & Accountability Journal 8 (2): 78-101 Guthrie, J. danL.D. Parker. 1990. Corporate social disclosure practice: a comparative international analysis, Advances in Public Interest Accounting 3 : 159-175. Halim, Abdul. 1999. Perspektif teori akuntansi keuangan terhadap masalah lingkungan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 14 (2) : 101-112. Hossain, Monirul Alam , Md Kazi Saidul Islam, Jane Andrew. 2006. Corporate social and 23 environmental disclosure in developing countries: evidence from Bangladesh University of Wollongong. Hackston D dan Milne M J. 1996. Some determinants of social and environmental disclosures in New Zealand companies, Accounting, Auditing & Acountability Journal 9 (1) : 77-108 Haniffa dan Cooke. 2005. The impact of culture and governance on corporate social reporting, Journal of Accounting and Public Policy 24 : 391 - 430 Hendriksen, E. S.1997. Accounting Theory (3th ed.). Illnois: Richard D. Irwin, Inc. Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, Jakarta. Imam, S. 2000. Corporate social performance reporting in Bangladesh, Managerial Auditing Journal 15 (3) : 133-141 Indriantoro, N., dan Supomo, B. 1999. Metodologi penelitian bisnis untuk akuntansi dan manajemen., BPFE ,Yogyakarta. Junaedi, Dedi. 2005. Dampak tingkat pengungkapan informasi perusahaan terhadap volume perdagangan dan return saham: penelitian empiris terhadap perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2 (2) : 1-28. Jalal. 2007. Yang Tersisa dari Asian Forum on CSR, Kabar Indonesia, 21 Oktober 2007. Mirfazli,E. dan Nurdiono. 2007. Evaluasi pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada laporan tahunan perusahaan dalam kelompok aneka industri yang go publik di BEJ, Jurnal Akuntansi dan Keuangan 12 (1): 1 – 18. Mahoney L dan Roberts R. 2003. Corporate social and environmental performance and their relation to financial performance and institutional ownership: empirical evidence on Canadian firms, School of Accounting University of Central Florida. Mardiyah, AA. 2002. Pengaruh informasi asimetri dan disclosure terhadap cost of capital, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 5 (2) : 229-256. Nahar, F. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktek-praktek pengungkapan sosial pada perusahaan publik di Indonesia , Skripsi FE UB, Malang. Na’im A dan Rakhman F. 2000. Analisis hubungan antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe kepemilikan perusahaan, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia 15 (1) : 70- 82. Pratiwi, S.P., dan Ali Djamhuri. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik-praktik pengungkapan sosial: studi pada perusahaan-perusahaan high profile yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, TEMA 5 (1) : 1-21. Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Santoso, S. 2001. SPSS – Mengolah data statistik secara profesional. Elex Media Komputindo. Jakarta. Sayekti, Y dan Wondabio, L. 2007, Pengaruh CSR disclosure terhadap earning response coefficient (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta), Simposium Nasional Akuntansi X 24 Sarumpaet, S. 2005. The relationship between environmental performance and financial performance of Indonesian, Jurnal Akuntansi dan Keuangan 7 (2) Scott, W. R. 2006. Financial accounting theory. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc. Sekaran, Uma. 2003. Research methods for business (4th ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc Sembiring, E.R. 2005. Karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial: study empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, Simposium Nasional Akuntansi VIII. Simanjuntak, B. H., dan Widiastuti L. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 7 (3), 351-366. Spicer, Barry H. 1978. Investors, Corporate social performance and information disclosure: an empirical study, The Accounting Review 53 (1) : 94-111. Suratno, Ignatius Bondan, Darsono, dan Mutmainah S. 2006. Pengaruh environmental performance terhadap environmental disclosure dan economic performance, Simposium Nasional Akuntansi 9. Suwardjono. 2005. Teori akuntansi: perekayasaan pelaporan keuangan, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta. Teoh, HY; Pin, FW; Joo, TT; dan Ling, YY. 1998. Environmental disclosure-financial performance link: further evidence from industrialising economiy perspective, Nanyang Business Scholl, Nanyang Technological University, Singapore. Tilt, CA. 1994. The influence of external pressure groups on corporate social disclosure: some empirical evidence, Accounting, Auditing and Accountability Journal 7 (4), 56 – 71. Utomo, Muhammad Muslim. 2000. Praktek pengungkapan sosial pada laporan tahunan perusahaan di Indonesia (Studi perbandingan antara perusahaan-perusahaan high profile dan low profile), Simposium Nasional Akuntansi 3. Wibisono, Y. 2007. Membedah konsep dan aplikasi CSR, Fascho Publishing, Gresik. Widiastuti, Harjanti. 2002. Pengaruh luas ungkapan sukarela dalam laporan tahunan terhadap earning response coefficient (ERC), Simposium Nasional Akuntansi 5. Williams, S. Mitchell dan Carol-Anne Ho Wern Pei. 1999. Corporate social disclosures by listed companies on their web sites: an international comparison, The International Journal of Accounting 34 (3) : 389- 419 Working paper. 2007. Voluntary disclosure of social and environmental Innovest ratings: evidence from European companies. Yusoff, H dan Glen Lehman. 2003. International differences on corporate environmenttal disclosure practices: a comparison between Malaysia and Australia, University of South Australia. Zuhroh, D., dan Sukmawati. 2003. Analisis pengaruh luas pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor (studi kasus pada perusahaanperusahaan high profile di BEJ), Simposium Nasional Akuntansi VI, 1314-1341. http://www.idx.co.id// 25 http://www.kemnlh.go.id// http://www.kompas.com/ver1/Nasional www.bapepam.go.id LAMPIRAN Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel 2005 2006 Total annual report perusahaan yang terdaftar di BEI dan mengikuti program PROPER 34 12 Total annual report perusahaan yang datanya tidak lengkap 8 6 Total annual report yang datanya diperoleh secara lengkap 26 6 Total sampel 32 Tabel 2 DAFTAR SAMPEL No. Emiten Kode Emiten Jenis Industri Publikasi AR 1 Anek